Masa remaja adalah masa yang paling indah. Begitu kata beberapa orang. Tapi saat ini saya masuk pada remaja akhir tepatnya seperti itu. Banyak orang yang menggunakan masa remajanya dengan berbagai hal. Namun, kalau kita tidak bisa memilah – milah maka yang ada kita akan jatuh pada lubang yang salah.
Di usia 19 tahun lebih 10 bulan ini, alhamdulilah saya telah mendapatkan teman spesial yang begitu mengerti saya. Panggil saja dia, Khusna, Khusnamah tida lengkapnya.
Laki – laki yang begitu sederhana, sabar, apa adanya, selalu ngalah dengan saya, dan banyak lagi tentang dia. (ya Allah saya menangis L).
Sudah 15 bulan lebih saya menjalin yang namanya “pacaran” dengannya. Sama halnya dengan pasangan – pasangan yang lain, kami juga merasakan yang namanya jatuh cinta, cemburu, berantem, dsb. Tapi alhamdulilah kalau berantem tidak bisa lama, dan selalu saya yang marah. Dan uniknya lagi, ketika saya marah dia malah sering kirim SMS ke saya, “sayang, eemmmuuacch “, beginilah SMS dia. Siapa yang tidak luluh hatinya coba? Tapi bukan perempuan namanya kalau tidak pura – pura cuek, tidak butuh, dll. Itu semua ya karena ingin dikejar – kejar sama pacarnya. J
Seringkali ketika marah datang, yang ada saya sering ditinggal tidur Abi (panggilan sayang J), mungkin karena Abi kecapekan. Saya yang tidak bisa tidur. Yang ada bangun tidur mata jadi tembem. Tapi pagi harinya biasa aja ma Abi seperti tidak sedang marah seperti malamnya.
Komunikasi kami juga hanya dilakukan kala malam hari tiba. Tapi kalau misal siang sedang break, Abi atau sebaliknya saya mengingatkan untuk sholat atau makan. Benar saja, karena dari pagi hingga sore kami sibuk dengan aktivitas masing – masing. Dan ketika malam datang itupun disela – sela saya sambil belajar.
Sedikit cerita tentang hubungan kami, sebenarnya dari awal kami memang berkomitmen untuk membawa hubungan kami ke arah yang serius. Mohon doanya. Dan insyaAllah semester enam nanti (saat ini saya semester 4), dia akan melamar saya.
Lamaran itu atau komitmen yang satu inilah yang sering membuat saya bimbang. Sebenarnya saya ingin meneruskan sekolah saya ke tingkat yang lebih tinggi lagi, tapi di lain sisi saya mencintai Abi. Kalau dipikir – pikir lagi kiranya tidak logis jika istrinya S2 tapi suaminya S1. Ya Allah kuatkan hamba.
Ya, lagi – lagi saya hanya bisa berdoa. Dan saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka, Ayah, Ibu, Abi dan keluarga besar kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar