Baru saja saya melihat salah
satu status FB teman kuliah saya, yang setidaknya isinya seperti ini, “Jangan marah dengan saya yaa, karena saya
tidak bisa pulang banyak tugas.” Sebenarnya inti dari pembicaraan status itu
menceritakan bahwa dia tidak bisa pulang ke rumah alias tetap di kost karena
sedang banyak tugas. Tapi kembali lagi pada pribadi masing-masing, memilih
tugas atau keluarga.
Dan malam ini, karena status teman
saya di atas dan juga karena momennya yang pas, saya teringat kejadian beberapa
bulan yang lalu. Siang itu saya melihat ibu menangis karena ulah saya. Yang
intinya karena tugas.
Hari itu ibu meminta saya untuk
mengantarkan ibu ke Pati, tempat nenek karena kebetulan sedang ada acara
penting. Sebenarnya ada bapak. Tapi karena bapak harus kerja, pelampiasan
mengarah pada saya. Lagi – lagi dengan alasan tugas saya mengotot untuk tidak
mau mengantar ibu. Tidak tahu apa yang saya pikirkan saat itu. Yang saya
pikirkan hanyalah tugas, tugas, tugas, dan tugaaaassss terus. Saya berpikir
kalau tugas ini tidak selesai-selesai maka nanti saya kaan mendapat nilai yang
jelek!
Adu mulutpun terjadi anatara
saya dan ibu, sampai keluar kalimat dari mulut saya, “Ibu naik bus aja, beres!”
Seketika ibu diam dan pergi dari hadapanku sekalaigus mengakhiri pembicaraan
kami.
Saya masuk kamar melanjutkan
tugas kembali. Dari dalam kamar saya mendengar ada suara tangisan. Saya yakin
itu adalah suara tangisan ibu. Saya berpikir, apakah ibu tersinggung dengan
perkataan saya tadi? Padahal saya tadi hanya bicara seperti itu. Apa iya karena
soal tadi?
Saya memberanikan diri
menghampiri ibu. Karena pada dasarnya saya adalah orang yang tidak pernah kuat
melihat ibu menangis. Saat itu juga, bendungan dalam diri saya akan sebera
jebol. Dan akhirnya air mata tumpah bersamaan dengan pelukan yang saya berikan
kepada ibu. Saya meminta maaf kepada ibu dan bercerita kalau sebenarnya saya
capek karena satu minggu sudah aktif kuliah. Dan tahukah apa yang dibicarakan
ibu? “Selama ini ibu tidak pernah minta apa-apa ke adik, tapi kenapa giliran ibu
hanya minta dianterin ke temapat nenek nggak mau? Sakit rasanya hati ibu.”
Malam ini juga, ibu meminta
dianter ke tempat nenek yang perjalanannya sekitar 2,5 jam dari rumah. Dalam
keadaan yang sama, tugas sedang menumpuk. Tapi hari ini saya tidak ingin membuat
ibu menangis untuk kedua kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar