Hai kawan, kali ini aku akan
memosting sebuah tulisan dari hasil diskusi di kelas mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran Sains SD, Senin kemarin (25 Maret 2013). Hasil diskusi yang belum
bisa menjawab pertanyaanku. Sebenarnya diskusi
saat itu tidak sedang membahas tentang bahasa ibu, tapi tepatnya tentang hasil
observasi di SD tertentu. Namun, karena banyak sekali pertanyaan sampai dari
sanggahan dan tanggapan dari beberapa teman yang membahas tentang bahasa ibu
makanya aku jadi penasaran dengan bahasa ibu. Ya, tulisan kali ini berhubungan
dengan bahasa ibu. Apakah kamu tahu bahasa ibu itu apa? Yang bagaimana? Apakah
bahasa yang keluar dari mulut ibu-ibu? Yuk dibaca saja lanjutannya....
Bahasa Ibu
Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa
pertama; secara harafiah mother tongue
dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan
orangnya disebut penutur asli dari
bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama
mereka dari keluarga mereka (wikipedia.org).
Sekarang kalian tahukan apa itu
bahasa ibu? Kalau bahasa ibu kamu apa kawan? Kalau aku sendiri menggunakan
bahasa Jawa. Mungkin saja ada diantara kalian yang menggunakan bahasa ibu
berupa Bahasa Batak, Sunda, Madura, dan masih banyak lainnya.
Dan yang perlu kita ketahui, belum
tentu kalau orang Jawa Tengah hanya menggunakan bahasa ibunya saja contohnya adalah
menggunakan bahasa Jawa saja. Kemungkinan besar bisa terjadi kalau orang Jawa
Tengah bahasa ibunya Bahasa Sunda, Batak, atau bisa juga Madura. Setujukan?
Ada Hari Bahasa Ibu
Internasional Lho?
Kawan tahu setiap tanggal 17
Agustus diperingati sebagai hari apa? Ya, HUT RI. Kalau tanggal 10 November?
Betul sekali, Hari pahlawan. Tapi kalau tanggal 21 Februari coba tebak
diperingati hari apa hayo? Apa? Tidak tahu? Aku awalnya juga tidak tahu kawan,
tapi karena buat postingan ini aku jadi tahu kalau setiap tanggal 21 Februari itu diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Bagaimana
ceritanya? Pada tanggal 17 November 1999 UNESCO menyatakan bahwa tanggal 21
Februari ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hari Bahasa Ibu
Internasional berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa
yang dirayakan di Bangladesh.
Jadi, apakah kalian masih tidak
mau mempertahankan bahasa ibu kalian? Bukankah sudah ada pengakuan tingkat
internasional? Mau memakai alasan apalagi? Atau kalian lebih memilih bahasa gaul
yang sekarang semakin membabi buta penyebarannya? Semua tergantung kita kawan.
Siapa lagi kalau bukan kita yang mempertahankan, melestarikan bahasa ibu kita
masing-masing?
Bahasa Ibu VS
Undang-Undang Sisdiknas
Berbicara tentang pembelajaran, pasti
pikiran kawan-kawan langsung tertuju pada sekolah. Ya, kegiatan pembelajaran
secara formalnya memang terjadi di sekolah, tepatnya di suatu ruangan yang
sering kita sebut dengan kelas. Tapi, namanya pembelajaran sebenarnya tidak
harus di kelas. Karena di setiap mata memandang, apalagi kita bisa merenung dan
menelaah lebih dalam, semua yang terjadi bisa menjadi pembelajaran yang
bermakna bagi kita.
Kawan, saat ini aku akan membahas
tentang pembelajaran yang di kelas saja ya. Baiklah, kita mulai. .
Bahasa ibu, di atas kalian sudah
tahu apa itu bahasa ibu. Sekarang kalau aku bertanya tentang seberapa seringnya
guru kalian, sekarang, atau dulu waktu kalian masih sekolah menggunakan bahasa
ibu ketika pembelajaran berlangsung? Seringkah? Atau setengah - setengah?
Kadang menggunakan bahasa ibu kadang menggunakan bahasa Indonesia? Atau
menggunakan bahasa Indonesia dari awal sampai akhir? WOW!
Apabila aku mengingat tempo dulu
nih ya, guruku waktu TK, SD, sampai SMA mereka tetap menggunakan bahasa ibu di
dalam pembelajaran meskipun itu tidak sepenuhnya lho ya. Karena mereka juga
tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dan untuk
aku sendiri, aku merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Materi pembelajaran
tetap bisa aku terima dengan baik. Kalau kamu bagaimana kawan? Semoga saja sama
denganku. Atau punya cerita lain kalau guru kalian lurus mulus menggunakan
bahasa Indonesia ketika pembelajaran. Yuk dishare aja...
Berbeda pembahasan tentang bahasa
ibu kalau digunakan dalam pembelajaran di SD, aku merasa penggunaan bahasa ibu
di tingkat SD sangat vital sekali. Karena apa? Bahasa ibu sangat diperlukan
dalam kehiduapna anak. Terlebih mereka yang berada di kelas rendah. Mereka
masih sangat labil dalam hal penguasaan bahasa. Mereka masih beradaptasi pada
lingkungan baru. Teman baru, kawan baru, guru baru dan lingkungan kelas yang
baru. Jadi apa salahnya kalau untuk anak SD pembelajarannya masih menggunakan
bahasa ibu? Aku takutnya kalau dari awal anak bermasalah dengan urusan bahasa
itu akan berdampak buruk ke depannya. Tidak mau kan? Tidak seharusnya guru
terlalu kaku, terlalu idealis dengan adanya peraturan. Guru adalah seorang
fasilitator bagi anak untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Jadi,
guru harus fleksibel, bagaimana sikonnya di lapangan. Jangan terlalu memaksakan
kehendak terhadap anak-anak.
Seandainya ada yang bertanya,
bukankah kalau kita memakai bahasa ibu itu sama saja kita melanggar Undang – Undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 33 ayat 1 (Bahasa Pengantar) yang berbunyi “Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional.” Nah lo? Terus bagaimana dong?
Aku jadi ingat betul ketika
diskusi kelas berlangsung ada teman yang bersikukuh kalau memang harus pakai
bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung. Oh no! Aku agak meradang saat
mendengar pendapat temanku itu. Tapi namanya juga manusia punya pendapat
masing-masing.
Sebenarnya saat itu, dosen
pembimbing sudah memberi penegasan kalau sesuai Undang – Undang itu memang
harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Tapi tidak menutup
kemungkinan kalau di lapangan memang banyak yang menggunakan bahasa ibu sebagai
pengantar dalam proses pembelajaran. Dan memang seperti itu. Tidak percaya?
Tanya saja pada masing-masing keponakan atau anak tetangga yang masih sekolah.
Tidak usah jauh – jauh juga, terkadang dosenku juga masih sering menggunakan
bahasa campuran alias bahasa Indonesia di selingi bahasa ibu sebagai pengantar
dalam proses pembelajaran.
Setelah aku telaah dan baca ulang
Undang - Undang Sisdiknas yang berkaitan dengan bahasa pengantar ternyata dalam
pasal 33 ayat 2 berbunyi “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian
pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.”
Yeay! Akhirnya dapat pencerahan
kan? Untuk aku, kawan-kawan yang mungkin saja calon guru atau sekarang yang
sudah menjadi guru, menurutku berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas di atas,
kita boleh menggunakan bahasa ibu sebagai bahas pengantar dalam pembelajaran
tapi kita tidak boleh terus – terusan pooolll sampai pembelajaran selesai. Dan
yang perlu di garis bawahi bahwa untuk di kelas rendah atau kelas awal sangat
dianjurkan menggunakan bahasa ibu sebagai selingan dalam pembelajaran agar anak
tidak memperburuk penguasaan bahasa anak.
Terjawab sudah pertanyaanku
tentang bahasa ibu yang sedikit menyerempet dengan Undang – Undang Sisdiknas.
Yang terpenting sebagai orang tua atau guru kita sangat perlu mengajarkan
kepada anak kita bahasa ibu kita masing – masing. Ah, jangan bangga kalau anak
kita, adik kita, atau tetangga kita pintar bahasa asing tapi tidak cerdas
bahasa ibunya. Memalukan!
Sampai di sini ya postingan ini.
Kalau ada tambahan dari kawan-kawan atau mungkin kawan-kawan punya pendapat
lain bisa dishare juga lewat komentar. Mari belajar!
hiks . . jadi pengen meluk ibu
BalasHapus>>semoga komen saya ada hubungannya dengan posting anda<< hahaha
setuju, bahasa ibu harus lebi diutamakan :)
BalasHapusUntuk Mbak Ni'mah:
BalasHapusIhh.......peluk aja, kira-kira tangan kamu sampai nggak sih ndut??
Mbak Myra:
Siap mbak!
Bahasa ibu sangat-sangat penting apalagi untuk menunjang kecerdasan anak.
aku masih lebih suka pake bahasa ibu, mba. apalagi kalo pas ngumpul sama keluarga besar
BalasHapusAlhamdulillah kalau begitu Mbak. Kebetulan selama aku observasi di lapangan (di SD) banyak sekali anak-anak yang lebih memilih menggunakan bahasa kedua ketika bercakap-cakap dengan temannya dibanding menggunakan bahasa ibu.
BalasHapus