Waktu itu aku masih berkostum
putih abu-abu, kelas XI. Layaknya anak-anak yang lain aku pun suka sekali berkumpul
bersama teman di kantin. Jajan, ngobrol, saling menggoda, sampai membahas ekstrakurikuler
yang kita minati. Semua terasa asyik jika dilakukan bersama teman.
Seperti saat itu, istirahat
pertama aku dan teman yang lainnya berjalan menuju kantin Pak Jas. Setiba di
sana sudah ada Desi dan kawan-kawan.
“Eh, Ka, mau?” Desi menyapaku
saat aku tiba di depan pintu kantin.
“Wuih...enak ini. Minta yaa?”
jawabku menyambut tawaran Desi lalu mencari tempat duduk yang kosong.
Ku rasakan buah pemberian Desi
yang besarnya hampir menyerupai bola pingpong itu. Mak..nyess... manisnya. Aku teringat
pohon kelengkengku yang ada di rumah. Kelengkengku pasti juga sudah siap
dipanen dan siap ku santap. Kelengkengku apa kabarnya? Sudah 3 hari aku
tidak pernah menyiraminya. Kegiatan di OSIS membuatku sering pulang larut sore.
Rasanya aku ingin bergegas pulang ke rumah saat itu juga. Memastikan kalau buah
kelengkengku juga sudah siap ku panen.
Sesampainya di sekitar rumah, aku
tak langsung pulang. Ku pilih untuk mampir ke toko bapak yang letaknya di depan
gang masuk rumahku. Aku buka pagar toko, dan menuju ke samping toko.
“Kelengkengku di mana??” pekikku.
Aku tak mendapatinya. Ku berlari
ke rumah meninggalkan pintu pagar toko tetap terbuka. Ketika tiba di rumah, ku
cari ibu. “Ibuuu.....!!”
“Dalem...” ku dengar suara ibu
parau. Ku temukan ibu sedang tidur di kamarnya. Ibu sakit, kepalanya masih
kumat seperti kemarin. Ku urungkan niatku untuk menanyakan keberadaan pohon
kelengkengku. Setelah memastikan ibu baik-baik saja, aku masuk kamar dan
berganti pakaian. Pikiranku masih menebak-nebak keberadaan pohon kelengkengku. Apa
dijual ibu?
“Dik, mpun maem (sudah makan)?” ibu menghampiriku sambil membawakan makan
siang untukku.
Tak ada jawaban dari mulutku.
Rasa kesal terpupuk dalam hatiku. Hanya saja tertahan karena keadaan ibu. Ku
terima piring dari ibu dan ku lahap makan siangku dengan cepat. Besok-besok
saja aku menanyakan pohonku itu. Bagaimanapun juga, tak tega rasanya melihat kondisi
ibu.
“Dik, uang SPPnya sudah
dibayarin semua?”
“Sudah Bu.”
“Maaf ya, ibu belum bisa ngasih
uang SPP buat adik. Karena ibu juga lagi tidak punya uang. Toko bapak juga
sedang sepi.”
“Maksud ibu apa? Kan tadi pagi ibu
sudah ngasih uang ke adik.” potongku.
Ibu diam seketika.
“Sebenarnya itu uang adik.”
“Uang adik?”
”Itu uang penjualan pohon
kelengkeng adik yang di toko bapak.”
Makjleb! Jangan-jangan
kelengkeng yang aku makan tadi itu kelengkengku. Apa benar pohon kelengkengku
yang sudah siap panen itu dibeli oleh ayah Desi? Bisa saja.
Semua seakan terbuka layaknya
lembaran buku-buku usang. Ku urutkan semua kejadian yang ada. Ibu kepalanya
kumat pasti karena tidak punya uang (penyakit semua orang deh kalau yang satu ini), dan kemarin ayah Desi kebetulan lihat
pohonku dan tergiur untuk membelinya. Ah, semua orang juga pasti akan tergiur
kalau melihat pohonku itu. Dan uang hasil penjualan itu diberikan kepadaku
untuk membayar uang SPP yang menunggak selama 3 bulan. Ya, ternyata benar.
Ku lihat raut wajah ibu berubah.
Yang tampak hanya rasa bersalah. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Pohon yang
selama 2 tahun itu aku rawat dan ku nanti buahnya justru dijual oleh ibu.
Sebenarnya kalau masalah buah aku sudah merasakan, tapi sayang banget. Setiap
siang dan sore aku selalu menyiraminya, memberikan pupuk kandang seminggu
sekali, hingga akhirnya buah kelengkeng yang aku tanam di pot itu bisa berbuah banyak.
Ya mau bagaimana lagi, saat itu
yang ku pikirkan adalah kenapa dan kenapa? Aku ya hanya diam. Tapi kalau
pohonku tidak dijual aku juga tidak bisa bayar uang SPP. Aku hanya belajar
menerima, tapi masih ada rasa tidak rela. Seperti tak ada pembalasan dari kerja
kerasku selama ini.
Oh~ kelengkengku, apa kabar
kamu sekarang? Pasti sudah sangat besar dan saat ini kamu sedang berbuah. Terimakasih
sudah mebelajarkanku akan arti kerja keras dan keikhlasan.
***
Sebenarnya bapakku adalah
pedagang tanaman holtikultura. Toko yang ku ceritakan itu ya toko bapak yang
penuh tanaman itu. Berbagai macam tanaman ada. Mulai dari mangga, alpukat,
belimbing, durian, jambu, sukun, nangka, dan ada juga tanaman penghijauan
seperti jati dan trembesi. Akulah yang mendapat tugas menyiraminya di setiap
pagi dan sore. Karena pekerjaanku itulah aku mendapat hadiah satu bibit pohon
kelengkeng itu.
Kalau ada yang bilang, apakah
kelengkeng itu bisa berbuah beneran seperti kelengkengku padahal daerahku itu termasuk
dataran rendah, jawabannya bisa. Sejak mendengar kabar dari bapak kalau ada kelengkeng
khusus dataran rendah (termasuk milikku) itulah aku mau merawat pohon
kelengkengku itu. Selama ini anggapan orang pada umumnya daerah yang bisa ditanami
hanya di daerah kawasan Bandungan, Semarang (untuk daerahku). Nyatanya pohonku bisa
berbuah meskipun di tanam di media pot. Dan sekarang sudah banyak di daerah
Demak, Jawa Tengah (daerahku) warga yang menanam kelengkeng. Ada yang di tanam
di ladang, ada pula yang sepertiku dulu, di pot.
Selayang Pandang
Pohon Kelengkeng
Kelengkeng termasuk dalam
deretan buah yang mahal. Hampir sejajar dengan durian. Kelengkeng atau sering
disebut juga dengan lengkeng ini memiliki berbagai varian, diantaranya adalah
kelengkeng ping pong, diamond, itoh, kristal, gading, aroma durian, puang rai. Selain
jenis yang aku sebutkan dengar-dengar juga ada jenis lain. Namun secara garis
besar masing-masing jenis kelengkeng memiliki keunikan tersendiri mulai dari
rasa buah, besar kecil bijinya, tebal tipis kulit buah sampai pada bentuk
daunnya.
Yang terpenting yang harus
diketahui oleh masnyarakat luas adalah kini kelengkeng bisa ditanam di mana
saja, tidak harus daerah bercuaca dingin. Karena kini telah banyak inovasi-inovasi
yang dilakukan para petani kelengkeng sehingga kelengkeng pun bisa ditanam
dengan media pot dengan perawatan yang mudah.
Berkaitan dengan harga
bibitnya, di tempat bapakku (bukan promo nih ya, hanya info~ hihihi) untuk
bibit kelengkeng dengan tinggi 50-70 cm dihargai sebesar Rp 25.000. Dan catatan
penting bagi yang akan membeli bibitnya, pastikan kalau mau membeli bibit
apapun terutama kelengkeng pastikan kalau itu adalah hasil stek karena bibit
yang hasil stek akan lebih cepat berbuah dibandingkan dengan bibit dari hasil
pertumbuhan bijinya. Selain itu, pertumbuhannya akan berbeda dengan yang biji. Karena
secara umum dengan tinggi 50-70 cm itu, cukup dengan menunggu selama 1,5-2
tahun dengan perawatan yang memadai, kelengkeng akan mulai berbuah. Bagaimana apakah
kamu tertarik untuk membeli? Buruan, karena selain untuk tanaman peneduh,
tanaman hias, buah kelengkeng juga
nikmat untuk menggoyang lidah para peminatnya.
ga apa-apa mbak... sabar.. tanam lagi kan bisa.. tapi pasti nunggunya berbuah juga lama ya, hehhehe...
BalasHapussukses ya mbak GA-nya :)
Iya Mbak, lamaa banget.
HapusSekarang malah trauma jadi nggak mau nanam lagi. Terlebih juga jarang di rumah.
tapi pohon lengekng itu besar ya perlu space cukup luas untuk menanamnya...
BalasHapusNggak juga kok mbak :)
HapusPunya saya yang di pot nggak terlalu besar udah buah. Paling mentok 2 meteran aja.
Benar-benar kelengkeng penyelamat ya, mbak. Ayo nanam lagi, siapa tahu bisa menyelamatkan lagi kalau kita dalam kondisi butuh :)
BalasHapusAh...trauma mbak.
HapusSekarang jarang dapat tugas menyiram tanaman karena kuliah, jadi ya terima jadi aja.
Buah dan pohon ternyata punya banyak manfaat yang tidak terbayangkan
BalasHapusIya Pak :)
HapusMari menanam pohon. Senang sekali kalau mau beli di tempat saya #loh
lengkeng uy...,suka..,apalagi yang garing. tapi mbak, tanaman lengkieng katanya sulit berbuah kalau cuma satu pohon ya. di halaman sudah ada anakannya, dari bibit langsung. semog asukses ya mbak ga-nya
BalasHapusNggak juga mbak.
HapusTetap bisa berbuah meskipun sendirian.
Terimakasih mbak :)
indahnya kenangan bersama kelengkeng :)
BalasHapusIya mbak :)
HapusTerimakaish sudah mampir di blog saya
Setelah baca cerita ika, jadi pengen nanam pohon klengkeng :)
BalasHapusAyoooo mbak, menanam phon kelengkeng. Akan ada kepuasan sendiri kalau lihat tanaman yang kita tanam bisa tumbuh subur dan berbuah.
Hapustapi lama ya buahnya pohon kelengkeng hihi
BalasHapussukses GAnya :D
Iya mbak, tergantung waktu nanamnya pas usia berapa? hihihihi
Hapuskelengkeng itu enak yaa :)
BalasHapussayangnya kalau di daerah saya masih sulit tumbuhnya, hawanya terlalu panas
semoga menang yaa :) good job!
Enaakkk banget mbak.
HapusNggak suka ya?
Mbak Tha kalau rajin menyiramnya juga bisa mbak :)
Terimakash doanya mbak :)
Wah wah...kelengkengnya segede pingpong. Hmmm, pasti enak banget :9
BalasHapusSemoga sukses untuk GA-nya ya, Mbak Ika ^_^
Iya, besar mbak :)
HapusTermakasih :)
gemuk banget buah kelengkengnya.. alhamdulillah jadi solusi di tengah kesempitan ekonomi. Ayo tanam lagi kelengkengnya dik Ika... jadi kelak bisa memberi manfaat yang berbeda lagi insya Allah. Apa yang kita tanam itu tidak selalu buahnya adalah sesuatu yang bisa kita makan sendiri.. bisa juga buahnya dalam bentuk manfaat yang bisa kita nikmati. dan nilai plusnya adalah ketika manfaat itu bisa menghindari kita dari kemunkaran atas kesempitan lain.
BalasHapusAamiin dan alhamdulillah Mbak :)
HapusTerimaksih sudah mampir.