Sumber gambar di sini |
Melihat berita tabrakan KRL dengan truk milik Pertamina yang mengangkut bensin di daerah Pasar Bintaro sore ini (9 Desember 2013) rasanya begitu miris. Apalagi dari kejadian tersebut jatuh korban yang salah satunya adalah masinis KRL itu sendiri. Ya, kerja apapun semua ada resikonya. Di luar perkara siapa yang salah dan siapa yang jadi korban, sebagai orang awam pasti akan was sumelang.
Dari kejadian tersebut ada dua hal yang terpikirkan olehku. Pertama, aku teringat teman SMA ku yang saat ini bekerja sebagai masinis. Segera meluncur SMS dari handphone ku untuk menanyakan posisinya saat ini.
“Aku bertugas di Semarang kok, Ka.”
Alhamdulillah....
Kedua, kejadian yang dialami ibu di bulan ramadhan lalu (2013). Ketika ibu dan rombongan ibu-ibu satu RT pulang dari menjenguk anak tetangga yang dirawat di rumah sakit, ibu hampir saja tertabrak rel kereta api. Waktu itu, mini bus yang berisi 25 orang termasuk ibuku tiba-tiba mesinnya mati di tengah-tengah jalur rel kereta api yang berabrengan dengan suara sirine tanda kereta datang. Otomatis pintu gerbangnya pun mulai tertutup.
Teringat cerita ibu, saat itu semua penumpang berteriak histeris dan membayangkan akan mati konyol di sana. Sopir mini bus mencoba menghidupkan mesin yang mengakibatkan bus bergerak maju mundur tak karuan. Satu per satu ibu-ibu berusaha keluar dari bus dalam keadaan bus masih bergerak yang tak tentu. Di luar lintasan terdengar warga yang memaki-maki sopir yang menerobos pintu gerbang.
“Kamu apa mau membunuh semua penumpang!!!” teriak salah satu warga.
Setelah sebagian penumpang keluar secara paksa, bus tersebut juga berhasil didorong oleh warga keluar jalur. Dari kejadian tersebut, ketika melewati rel pelintasan ibu selalu berkata, “Bersabarlah...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar