Terdengar suara motor matic yang saya kenal memasuki gang rumah. Benar dugaan saya, sepupu sedang memboncengkan seorang anak usia 5 tahun. Bukan anaknya, tapi anaknya tetangga.
Sepupu memarkirkan motornya tepat di sebelah rumah saya. Turunlah anak tersebut dari boncengan dan segera merogoh saku motor sepupu.
“Mana coklatnya?” rengek anak 5 tahun itu.
“Sebentar lah turun dulu. Lho, si anak 2 tahun habis nangis, ya?” sepupu bertanya pada ibu si anak 5 tahun sekaligus anak 2 tahun..
“Iya, dengar motor kamu datang langsung diam.” Si anak 2 tahun itu sangat gemar naik motor.
“Mana coklatnya!!” terdengar si anak 5 tahun itu membentak-bentak.
“Iya..ya... tapi satu kamu, satu lagi adikmu.” Sepupu juga mulai meninggi nada suaranya.
“Nggak mau!! Aku semua!” jawab si anak 5 tahun.
“Loh, tadi waktu beli janjinya gimana? Satu buat kamu, satu buat adik.” Sepupu menerangkan sambil membagikan permen pada kedua anak tersebut.
Apa yang selanjutnya terjadi?
Si anak 5 tahun segera merebut permen yang dipegang olehnya adiknya. Sepupu berteriak, “Loh kamu ini gimana??”
Ah, saya yang melihat kejadian tersebut justru melongo. Melongo karena sang ibu hanya meng-iyakan tindakan si kakak itu. Bahkan melenggangkan senyum kepada si kakak seperti memberikan persetujuan kalau dia memang. Kemudian si adik bagaimana? Diam saja. Toh dia juga belum terlalu paham.
Apa komentar Anda?
Permen Dua Dibagi Satu.. gimana kalau permen satu di bagi dua.. hehe
BalasHapusSi Ibu hrsnya memberi pengertian kpd si kakak pentingnya berbagi dan hrs lebih tegas...kasian kan si adek...
BalasHapuspermen 2 dibagi 1 jadinya separo....hehe
BalasHapushttp://kabar-ngeblog.blogspot.com/2014/03/komunitas-pati-bumi-blogger.html