"Kamu nggak malu dulu ngajar kok sekarang malah jualan di pasar?"
"Kamu kan kuliah, kok malah jualan?"
Tak ada memang orang yang berkata seperti itu secara langsung kepada saya. Tapi mata mereka mengisyaratkan seperti itu. Apa saya yang terlalu sensi? Sejujurnya saya juga maju mundur, antara mau jualan dan tidak. Tapi buat apa saya capek-capek buat souvenir kayak gini (lihat Diyanika-Shop) kalau nggak bisa masarin sendiri. Gagal dong saya sebagai produsen.
Jujur, saya memang masih malu-malu setiap bertemu dengan teman saat jualan di pasar. Tapi saya juga balik tanya, apa yang harus saya maluin? Bahkan nabi saja menganjurkan berdagang sebagai salah satu cara untuk memperoleh rezeki halal Allah. Gengsi? Ini hidup yang sebenarnya. Saya harus memilih. Terlebih lagi banyak teman kuliah saya justru standing applause karena saya sudah bergerak dan tidak diam selama menunggu wisuda Oktober nanti dengan memproduksi aksesoris tersebut.
"Yang namanya jualan itu butuh kesabaran, Nok." kata simbah yang jualan senjata (sabit, bendo, pisau, cangkul, jebakan kucing, dkk)
"Iya, Mbah."
"Ini kan baru diuji, yang penting berangkat terus, dapat sedikit-sedikit kan lumayan. Mbah saja pernah sehari nggak dapat apa-apa. Padahal pergi pulang naik bus. Butuh biaya. Kamu kan rumahnya dekat sini. Enak."
Saya diam mendengarkan sambil menggenggam uang Rp 5.000 hasil jualan hari ini.
semangat mbak, klo tidak salah 9/10 rezeki ada di jalur perdagangan
BalasHapusWah, informasi yang bermanfaat nih. Semakin semangat jualannya :D
HapusWalah walahh... selamat berjualan mbakkk
BalasHapusBlogwalking back : Tazaemjayy - The Next Author
Terima kasih :D
HapusLangsung meluncur!!!
Semangat Mbak,,Semoga sukses...
BalasHapusTerima kasih Mbak, aamiin.
Hapusorang yg dapat cacian di awal,,insyaallah nantinya akan sukses :) tetap semangat mbak ika,,,
BalasHapusIya Mbak, terima kasih :D
HapusWah keren nih mbak dirimu :) ayo maju terus, berusaha, dan optimis selalu ya..
BalasHapusYa mbak, kesuksesan yang sesungguhnya itu dumulai dari awal. Agar perginya tak cepat layaknya kilat.
Hapus