Cieee yang pengantin baru bawaannya posting yang berbau nikah-nikah terus. Biarin! Hahahaha.
Mumpung masih hangat-hangat tai ayam, nggak ada salahnya dong kalau saya selalu belajar mencari tahu cara mewujudkan pernikahan bahagia di dalam rumah tangga saya. Salah satu cara belajar saya ya dengan mengumpulkan beberapa informasi dari berbagai sumber. Salah satunya twitter.
Bisa jadi ini sudah rencana Allah. Tadi pagi, saat saya sedang membuka twitter eh saya baca beberapa kultwit dari Anna Surti Ariani (@AnnaSurtiNina), seorang psikolog anak dan keluarga. Ilmu baru dan menurut saya perlu disimpan agar bisa dibaca ulang dan dibagikan untuk yang lain. Segeralah saya share di blog ini.
Nah, berikut 12 ciri pernikahan bahagia menurut Mary Kay DeGenova dalam buku ‘Intimate Relationships, Marriages & Families yang telah diuraikan oleh @AnnaSurtiNina dengan panjang kali lebar sama dengan luas.
Ciri #nikahbahagia 1) Komunikasi yang baik. Kedengeran standar banget ya? Tapi beneran lho, semua yang komunikasinya oke jadi hepi pernikahannya. Komunikasi OK itu artinya bisa saling bicara tentang apapun, bisa bicarain masalah & menyelesaikan bersama, berbagi perasaan saling mendengarkan. Komunikasi efektif itu mencakup: kemampuan bertukar ide, fakta, perasaan, sikap & keyakinan. Sehingga mestinya nih, pesan dari pengirim didengar-diterima-dipahami-diinterpretasikan dengan baik oleh penerima pesan.
Ciri #nikahbahagia 2) Rasa kagum & respek terhadap pasangan. Ketika kita bangga dengan pencapaian pasangan, mengapresiasinya secara terbuka, maka pasangan akan merasa diterima dan dihargai. Hal ini yang nanti berbalik jadi saling mengagumi & menghargai. Kata para ahli, mereka yang mudah mengagumi & menghargai pasangan, seringkali adalah mereka yang dulunya dibesarkan dalam pernikahan bahagia orangtuanya sehingga mereka ‘emotionally secure’. Di satu sisi, ini mesti jadi tanggung jawab kita buat anak-anak kudu membentuk pernikahan bahagia agar kelak mereka bahagia sebagai individu dewasa. Di sisi lain, nggak perlu merasa sial jika orangtua kita dulu tak bahagia. Kita bisa kok memilih jalan hidup berbeda dari orangtua kita, jalan hidup yang lebih bahagia.
Sumber di sini |
Ciri #nikahbahagia 3) Persahabatan dengan pasangan. Ini berarti saling menikmati waktu berkualitas bersama pasangan, ‘couple time’ gitu lho. Tak berarti pasangan haruslah best friend kita. Yang penting kita bisa saling berbagi hobi, lakukan aktivitas bersama dengan senang. Gak cuma itu, pasangan bahagia juga punya banyak ‘mutual friend’, bukan hanya di media sosial, tapi juga di dunia nyata. Nggak berarti pasangan kudu barengan mulu, gak seru itu! Mesti tetap punya ‘me time’, tapi bisa nikmati ‘couple time’. Bahagia banget lho kalau bisa tertawa bersama pasangan dengan saling menatap mata satu sama lain.
Ciri #nikahbahagia 4) Saling berbagi spiritualitas & nilai hidup. Pengalaman spiritual termasuk pengalaman yang sangat intim, sehingga ketika dibagi dengan pasangan, akan meningkatkan keintiman / rasa saling ingin dekat dengan pasangan kita. Kesamaan agama / keyakinan dengan pasangan juga memudahkan pernikahan, karena bisa sama-sama cari bimbingan agama untuk masalah yang dihadapi.
Ciri #nikahbahagia 5) Menjalankan komitmen. Bukan komitmen yang kaku, tapi keinginan bersama untuk membuat pernikahan jadi lebih bahagia. Semua pasangan alami masalah serius yang membuat keyakinan bahwa pernikahan bisa dipertahankan berkurang, namun dengan motivasi membahagiakan pernikahan, pasangan terus berusaha menghancurkan hambatan dan menyelesaikan masalah. Komitmen menikah sebaiknya berasal dari diri sendiri (bersama dengan pasangan), bukan disuruh berkomitmen oleh orang lain.
Ciri #nikahbahagia 6) Saling memenuhi kebutuhan afeksi. Ada yang suka PDA (public display affection), ada yang nggak. Sepakati dengan pasangan. Perlu diperhatikan juga pasangan itu sukanya disentuh di bagian mana, dipeluk seperti apa, bicarakan satu sama lain. Ada orang-orang yang tak suka disentuh di bagian-bagian tertentu, jika pasangan tak tahu, bisa tingkatkan pertengkaran. Perlu cek ke pasangan. Contoh, ibu hamil ada yang suka dipijat punggungnya, ada yang lebih suka dielus-elus pinggangnya, ada yang ingin dibelai di kepala saja. Seringkali masalah pernikahan adalah ketidaksesuaian bahasa cinta, karena beda jadi mengira dia tak sayang. Maka dari itu perhatikan juga cara mengungkapkan bahasa cinta.
Ciri #nikahbahagia 7) Kemampuan menangani krisis & stres sebagai pasangan. Baiknya sih memang saling mendukung dan menguatkan. Pasangan yang bahagia punya level toleransi yang lebih besar untuk frustrasi, lebih tahan banting ketika hadapi masalah. Ada orang-orang yang mudah ‘jatuh’ ketika hadapi masalah. Jika Anda seperti ini, maka Anda harus konsul ke psikolog klinis dewasa. Jika Anda / pasangan Anda moody, kasar, mudah gugup, mudah marah, buruan bikin janji ke psikolog klinis dewasa / perkawinan.
Ciri #nikahbahagia 8) Bertanggungjawab. Perlu ada kesetaraan & pembagian tanggung jawab antar pasangan, tentunya saling dikomunikasikan. Yang paling sering mengeluh tentang pembagian tanggung jawab adalah istri, tapi ada juga suami-suami yang mengeluh. Harusnya pembagian & kesetaraan tanggung jawab seperti apa? Tiap pasangan beda, makanya harus dibicarakan dengan pasangan. Dalam hidup pernikahan, kita nggak bisa berasumsi atau cari standar dari orang lain. Kudu pasangan yang menentukan maunya gimana.
Ciri #nikahbahagia 9) Pentingnya ketidakegoisan. Penting untuk punya kepribadian yang berbeda, tapi kudu bisa saling bantu membantu juga. Lagi-lagi, biasanya yang mengeluh adalah istri, tapi ada juga kok suami yang keluhkan istrinya egois. Ini perlu saling dikomunikasikan.Ciri #nikahbahagia 10) Empati dan sensitivitas terhadap pasangan. Perempuan lebih sensitif? Biasanya sih begitu, walaupun nggak selalu demikian. Banyak juga laki-laki sensitif kok. Sensitivitas yang dimaksud di sini adalah sensitif terhadap perasaan pasangan, ngertiin dia, bukan sensitif merasa dilukai. Semakin tepat kita menebak perasaan pasangan & merespon tepat (& sebaliknya dia ke kita), semakin bahagia lho pernikahan kita.
Ciri #nikahbahagia 11) Kejujuran, kepercayaan satu sama lain, kesetiaan. Semakin baik ketiga poin ini, pernikahan semakin bahagia. Jika tidak percaya terhadap pasangan, kita akan terus khawatir & tak bahagia. Maka kita juga harus jadi orang yang bisa dipercaya. Terus-menerus jujur, bisa dipercaya, dan setia, tak selalu mudah. Maka penting juga jika ada masalah di 3 poin ini pasangan harus bisa menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, dan bisa kembali jujur, saling percaya, dan setia lagi. Yang namanya menyelesaikan masalah sampai tuntas, kadang waktunya bulanan / tahunan. Jangan terlalu sedih kalau masalah 'belum kelar-kelar'.
Ciri #nikahbahagia 12) Kemampuan saling menyesuaikan diri, fleksibilitas, dan toleransi terhadap satu sama lain, makin tinggi makin hepi. Oleh karena itu, pasangan dalam pernikahan yang berbahagia menyesuaikan ekspektasi / harapannya dengan pasangan. Pasangan bahagia nggak termakan dengan ‘kata orang lain, pernikahan yang bahagia itu harusnya / normalnya (standar orang lain). Pasangan yang bahagia tahu bahwa mereka punya definisi kebahagiaan yang bisa aja beda dari pasangan lain. Tentu saja untuk bisa adaptif, fleksibel, dan penuh toleransi, mesti dewasa secara emosional. Jika saat ini Anda perfeksionis & punya standar terlalu tinggi untuk bisa bahagia (sehingga sulit mendapatkannya), bikin janji sama psikolog.
Uhuk. Uhuk. In Shaa Allah barokah ya, Mbaaak.. Aamiiin.. :D
BalasHapusHahaha. Jadi malu deh. Terima kasih ya atas doamu.
HapusPenting lo mak, postingan begini, tapi untuk mengukur diri sendiri. Orang lain kita nggak tau yang sebenarnya dibalik pintu. Pasangan lapuk spt saya ini juga perlu ngecek2 ciri tsb.
BalasHapusSemoga memang bermanfaat ya Mak. Saya anggap postingan ini sebagai charger, tiap kali ada kegoyahan di dalam rumah tangga bisa baca ini. Ah, saya yang newbie di dunia pernikahan perlu belajar banyak dari mak Lusi.
HapusMakasih sharingnya Mbak, buat introspeksi diri bersama istri.
BalasHapusIya sama-sama. Semoga bermanfaat :)))
HapusNomor 7&12 jleb bangeeet
BalasHapusIntinya sabar, ikhlas, dan bersyukur ya