Bapak itu jarang bicara. Sekalinya bicara, uh langsung nonjok di hati. Hehehe.
Kira-kira sebulan yang lalu, saat nonton televisi di ruang tengah, tiba-tiba bapak nyeletuk. “Kamu ki lho dek, sekarang kok males-an.” Telinga saya mulai berdiri. Saya yakin ada lanjutannya. “Kalau pagi bangun 05.30 WIB padahal berangkat pukul 06.30 WIB. Nanti kalau telat uring-uringan. Semua kena semprot.”
Saya diam. Meng-iyakan ucapan bapak.
Sumber gambar DI SINI |
“Ingat, kalau kamu seperti itu terus, mau jadi apa anakmu nanti?? Perbanyak ngaji juga, sekarang kok malah males-malesan. Nggak kayak dulu.”
Duh, duh, makin kemana-mana nih. Tapi betul juga kata bapak. Sindrom pengantin baru, suka males-malesan. Hahaha. Pembelaan diri.
Setelah mendengar nasihat bapak, jujur saya malu. Sudah gedhe apalagi punya suami bukannya makin baik kok malah. Harus berubah. Mau jadi apa saya nanti? Apalagi jabang bayi dalam perut saya?
Paginya, pukul 04.00 WIB, alarm HP saya berbunyi, saya tekan TUNDA. Lima menit kemudian bunyi lagi, TUNDA. Suami yang ada di samping saya juga ikut-ikutan melakukan hal yang sama pada HP-nya. Hahaha.
Ah, bangun! Harus dipaksa. Akhirnya saya baru bangun pukul 05.00 WIB. Suami juga ikutan bangun. Inilah beratnya perjuangan hari pertama. Sangat-sangat butuh perjuangan! Tapi ada rasa puas dalam hati saya karena bisa mengalahkan rasa malas dalam diri saya.
Saat menyiapkan kopi untuk bapak, “Tantangan hari pertama berhasil!” bapak hanya diam, tanpa ekspresi. Justru ibu yang menyahut, paham maksud saya. “Baru hari pertama bangga, besok-besok?”
“Hari kedua, BERHASIL!”
“Hari ketiga, BERHASIL!”
Sampai hari ini, sebulan setelah nasihat bapak, saya BERHASIL bangun pukul 04.00 WIB. Setelat-telatnya pukul 04.30 WIB itupun tanpa menggunakan alarm lagi lho.
Kalau ada niat kuat, pasti ada jalan. Bukankah begitu? Bisa bangun pagi, selain muncul rasa puas bisa mengalahkan rasa malas dalam diri dan memenuhi nasihat bapak, ada beberapa hal yang berbeda dalam diri saya.
- Saya tidak lagi uring-uringan, ini bisa terjadi karena semua yang saya butuhkan dan persiapkan sudah tersedia sebelum pukul 06.30 WIB saat saya berangkat sekolah.
- Saya merasa lebih ceria. Ini kaitannya dengan nomor 1. Kalau kita mengawali hari dengan uring-uringan, hal itu akan terbawa sampai sore hari bahkan saat kita bersiap untuk tidur.
- Merasa lebih segar. Meskipun tidak olah raga seperti lari-lari atau jalan-jalan pagi, dengan mencuci piring, memasak nasi dan bersih-bersih rumah itu sudah membuat tubuh mengeluarkan keringat di pagi hari. Sehat ya, Nak. #elusperut
Kebiasaan bangun pagi, alhamdulillah bisa terpenuhi. Semoga apa yang saya lakukan ini akan ada hasilnya dikemudian hari. Teruntuk bayi dalam perut saya. Akan tetapi, masih ada lagi kebiasaan lain yang belum bisa saya penuhi. Salah satunya, bisa rajin sholat malam. Bismillah. Kuatkan niat.
Kalau Anda, pernahkah mengalami hal yang sama seperti saya? Atau Anda memiliki kebiasaan yang bisa saya tiru?
Aku! Aku! *acung tangan >0<
BalasHapusIya mbak.. susah bangun nih aku, sejak tinggal di kota Jogja. Sekalinya berhasil bangun pagi, keterusan deh. Soalnya badan lebih fresh jadinya.
Aku jugak pemalas e, Mbak.. :(
BalasHapusaku males-malesan.hahahah
BalasHapus