Assalamualaikum,
Kecil Sih Tapi Berarti Besar. Apakah itu?
Saya termasuk orang yang sulit percaya dengan orang lain. Oleh karena itu, sulit pula bagi saya untuk memiliki teman dekat. Tapi bukan berarti selama ini saya tidak memiliki teman dekat lho ya?
Saya termasuk orang yang sulit percaya dengan orang lain. Oleh karena itu, sulit pula bagi saya untuk memiliki teman dekat. Tapi bukan berarti selama ini saya tidak memiliki teman dekat lho ya?
Sebut saja dia, Mitha. Dia adalah teman satu kamar saya selama 1 tahun kos saat berstatus mahasiswa. Bersamanya saya merasa cocok. Kecocokan itu bisa jadi karena kita memilliki nasib yang sama. Yaitu, sementara gagal meraih mimpi. Hihihi...pendek cerita kita kuliah di kampus kami karena pelarian.
Sebagai bentuk hormat kami kepada orang tua, kami pura-pura semangat kuliah. Sepanjang hari kegiatan kami kuliah tapi lebih banyak mengumbar mimpi. Menguatkan satu sama lain kalau kami pasti bisa, suatu hari nanti. Tak jarang, kami merasa terlalu muak dengan hari-hari kami. Merasa tak adil. Baiklah, kalau sudah seperti itu, saatnya tutup pintu kamar, menyalakan musik dengan volume maksimal dan berteriak sepuas-puasnya sampai kami menangis seakan mengadu kepada Allah, “Kami lelaaahhh....”
Sampai akhirnya, kami pun sama-sama keluar dari kos. Jadi mahasiswa penglaju-berangkat pulang. Komunikasi tetap jalan sekalipun kami beda program studi. Sesekali bertemu saat kami sama-sama free. Mengumbar mimpi, mengucapkan berbagai rencana, hingga akhirnya saya membuat sebuah pengakuan.
“Sepertinya inilah jalanku, Thul (panggilan untuk Mitha). Tak ingin pergi. Ini sudah takdirku. Semakin aku mencoba menjauh tapi Allah selalu menunjukkan berbagai kemudahan untuk meraihnya. Aku mantab. Kamu bagaimana? Aku tetap mendukungmu. Kamu pantas mendapatkan mimpimu!!”
Semenjak perbincangan itu, saya mendengar Mitha semakin gila untuk meraih mimpinya. Kamu bisa! Saya tak mau kalah. Saya pun tak mau kalah berusaha. Hingga akhirnya kabar bahagia itu hadir. Akhirnya dia keluar dari kampus. Itu artinya dia berhasil.
“Ini oleh-oleh dari Mitha. Tahun baru kemarin dia mampir ke rumahku untuk memberikan ini. Untukmu juga.” kata teman memberikan sebuah oleh-oleh yang membuat saya sumringah.
Gantungan kunci berbentuk seorang abdi negara yang mengenakan baju berwarna coklat, rambut pendek, tampak pantas. Polisi wanita. Ya! Mitha telah meraih mimpinya. Mimpi gilanya selama ini. Saya? Saya masih ada di kampus yang telah (terlanjur) saya cintai sepenuhnya. Memutar arah mimpi saya yang awalnya menjadi psikolog anak menjadi seorang guru.
Lihatlah! Kecil bentuknya, tapi ini sungguh besar bahkan lebih dari sekedar oleh-oleh pada umumnya. Gantungan kunci itu adalah sebuah pembuktian bahwa dia memang telah berhasil mencapai mimpinya. Ada getar-getar aneh dalam hati, “Kalau Mitha bisa, kenapa saya tidak?” Gantungan kunci itu adalah alarm saya. Tiap kali melihatnya, saya teringat kebersamaan bersamanya, Mitha. Ingat mimpi kami masing-masing.
Karenanya, saya berjanji pada diri saya sendiri kalau gantungan kunci itu tidak akan pernah saya buang. Selalu bersama saya. Oleh-oleh kecil tapi besar pengaruhnya. Sampai sekarang pun (dari 3 tahun lalu), gantungan kunci itu masih ada.
Saya tak pernah menggubris ketika ada yang berkomentar tentang gantungan kunci itu,
"Kenapa sih Mbak kok gantungannya dah jelek gitu dipakai terus??" komentar murid les saya.
"Nggak kuat beli gantungan kunci ya? Pakai itu terus." komentar pedas teman kerja.
Ah, sayang, gantungan kunci itu bentuknya sudah tidak utuh. Tapi saya tidak akan pernah meninggalkannya. Makanya, saat tempat pensil di atas rusak, gantungan kunci itu saya pindah tempatkan. Menjadi gantungan kunci motor saya.
Nah, itu cerita tentang oleh-oleh yang paling berkesan dari teman saya. Kalau saya sendiri lebih srek membawakan oleh-oleh dalam bentuk kaos khas daerah tersebut. Misalnya saja pas pergi ke Kudus, Bali, Lamongan, Madura atau ke Jogja.
Ngomong-ngomong soal oleh-oleh kaos, di Semarang juga ada lho pusat oleh-oleh yang menjual kaos khas Semarang. Kampoeng Semarang, namanya.
Kampoeng Semarang adalah salah satu “One Stop Shopping & Leisure” terkemuka di Semarang yang berlokasi di Jalan Raya Kaligawe KM 1 No.96 Semarang yang berjarak 3 km dari Bandara Ahmad Yani dan 2 km dari Pelabuhan Tanjung Mas. Tapi bagi kalian yang tidak mau ribet, bisa juga lho belanja langsung ke webnya. Tenang saja, harga yang ditawarkan tidak membuat kantong jebol kok. Seperti kaos di bawah ini. Setelah diubek-ubek ternyata...
Harganya hanya Rp 43.000. Kalau harga segitu kan memang harga pasaran ya. Nah, tunggu apalagi. Yuk, buruan serbu pusat oleh-oleh Kampoeng Semarang! Eh, ingat! Di sana tidak hanya menyediakan kaos lho. Apa saja? Hayuk ah, cek langsung ke websitenya, Kampoeng Semarang. Selamat berbelanja :)
Plisss, lihat gantungan kuncinya saja ya *hihihi* |
Lihatlah! Kecil bentuknya, tapi ini sungguh besar bahkan lebih dari sekedar oleh-oleh pada umumnya. Gantungan kunci itu adalah sebuah pembuktian bahwa dia memang telah berhasil mencapai mimpinya. Ada getar-getar aneh dalam hati, “Kalau Mitha bisa, kenapa saya tidak?” Gantungan kunci itu adalah alarm saya. Tiap kali melihatnya, saya teringat kebersamaan bersamanya, Mitha. Ingat mimpi kami masing-masing.
Gantungan kunci yang tinggal kepala saja :( |
Saya tak pernah menggubris ketika ada yang berkomentar tentang gantungan kunci itu,
"Kenapa sih Mbak kok gantungannya dah jelek gitu dipakai terus??" komentar murid les saya.
"Nggak kuat beli gantungan kunci ya? Pakai itu terus." komentar pedas teman kerja.
Ah, sayang, gantungan kunci itu bentuknya sudah tidak utuh. Tapi saya tidak akan pernah meninggalkannya. Makanya, saat tempat pensil di atas rusak, gantungan kunci itu saya pindah tempatkan. Menjadi gantungan kunci motor saya.
Nah, itu cerita tentang oleh-oleh yang paling berkesan dari teman saya. Kalau saya sendiri lebih srek membawakan oleh-oleh dalam bentuk kaos khas daerah tersebut. Misalnya saja pas pergi ke Kudus, Bali, Lamongan, Madura atau ke Jogja.
Ngomong-ngomong soal oleh-oleh kaos, di Semarang juga ada lho pusat oleh-oleh yang menjual kaos khas Semarang. Kampoeng Semarang, namanya.
Web Kampoeng Semarang |
Kaos dengan tulisan Semarang |
Harganya ih pas di kantong :D |
T Shirtnya ituloh....mau juga hahahaha...bagus banget ya...eh itu dari saking sayangnya ama pemberian teman sampe berbentuk begitu ya gantungan kuncinya :)
BalasHapusHehehehe, iya mbak tinggal kepala aja.
HapusKalo pemberian orang memang di-eman2 ya Mbak. Aku juga ky gt. Meski udah butut, nilai sejarahnya lebih dr sekedar harga oleh2 itu.
BalasHapusKalau lirik lagu tuh bunyinya gini, "Sungguh sangat berarti...."
Hapuswah.. psikolog sama guru gak terlalu jauh ya mbak. masih ada persamaannya. kalau hadiah dari teman itu memang dalam banget artinya ya mbak. saya juga begitu.. disimpan terus. untuk mengingatkan :)
BalasHapusIya Mbak, memang tidak terlalu jauh. Ah, sekarang mah saya sudah jatuh cinta sama guru :D
HapusOleh-oleh sekaligus mengingatkan kenangan masa silam ya mbak, sebuah perjuangan meraih mimpi yang berakhir pada kesuksesan, semoga menang mbak
BalasHapusAamiin. Makasih Mbak :D
HapusSenang baca yang ginian. Menginspirasi banget.
BalasHapusSalut untuk teman Ika, Ika juga g kalah keren koq. Makasih sudah ikutan :) Tercatat yaaa
BalasHapusSiap Mbak!
Hapus