Minggu, 14 Juni 2015

Malam Minggu Berbeda

“Kita mau ke mana?”
“Alun-alun.”
“Beneran????”

Rino tetap fokus dengan kemudi motornya. Jalanan dipenuhi manusia sepantaran mereka. Bedanya mereka sudah halal.

“Tumben banget sih sayang? Biasanya kalau malam minggu cuma nonton TV di kamar.”

“Heeemmmm.”
***
Di alun-alun. Mereka menikmati jagung bakar di tepian alun-alun.

“Kamu lihat apa sih sayang??” Rani penasaran. “Kamu kenal sama perempuan di dalam restoran itu?”

“Heem”

“Ih, kamu selalu gitu deh kalau ditanya!!” Rino malah nyengir. “Kalau kamu ngajak aku ke sini cuma mau lihatin perempuan itu, buat apa????” Rani cemburu. Emosi. Berdiri.

Rino meraih tangan Rani.


“Lihat dengan mata hatimu sayang. Perhatikan apa yang aku lihat!”

“Apa? Perempuan itu kan?”

“Ya, perempuan itu dan pengemis yang duduk di luar restoran. Bukankah mereka sama-sama makan? Tapi yang satu makan di dalam restoran, dan pengemis itu makan di luar restoran beralaskan koran. Ironis bukan?”

Rani diam. Menyesal. Rino memeluknya.

*146 kata termasuk judul

4 komentar:

  1. Banyak banget kondisi ironis di sekeliling kita ya. Tapi terkadang itu udah jadi pilihan masing2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan sering kali kita tidak sadar ya Mbak :D

      Hapus
  2. Semua kembali lagi pada usaha dan pilihan yang di jalani masing-masing. Memang biar bagaimana pun melihat hal demikian membuat kita menjadi kasihan akan kondisi sekeliling.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling tidak kita bisa belajar dari apa yang ada di sekitar kita

      Hapus