Satu Kata Sih...Tapi Sulit Dilakukan. Apa itu? Bersyukur. Sudah bersyukur untuk hari ini?
Postingan di awal tahun 2016 ini saya tuliskan bukan untuk menggurui. Melainkan untuk saling mengingatkan dan sebagai pengingat untuk saya sendiri. Iya lah, saya saja masih sering ngeluh karena kurang ini dan itu. Masih kurang banyak bersyukur atas nikmat-Nya.
Pernah mendengar kalimat itu? Setujukah?
Ceritanya berawal dari kunjungan saya ke rumah mertua, Minggu kemarin. Ternyata di sana berkumpul seluruh saudara dari suami. Bisa diprediksi deh kalau rumah mertua bakalan ramai. Keponakan pada lari-larian ke sana ke mari.
Hari itu adalah kunjungan perdana Ghifa semenjak lahir. Ghifa jadi rebutan sana-sini. Pada gemes sama pipi Ghifa. Hihihi.
Di sela bercanda dengan Ghifa, kakak ipar ada yang nanya, “Eh, Dik, di tempatmu ada lowongan nggak?”
“Lowongan apa mbak?” tanya saya.
“Ya ngajar, Dik.”
Singkat cerita kakak ipar saya itu menceritakan tetek-bengek dunia kerjanya. Saat ini beliau bekerja menjadi guru TK IT di suatu yayasan sedangkan dia lulusan PGSD. Dari ceritanya, beliau merasa capek karena harus pulang sore-sore, administrasinya buanyak, belum lagi ini dan itu, dan bla-bla-bla. Panjang alasannya.
“Kalau kamu kan enak, Dik. Pulang paling lambat sampai rumah jam 13.00. Lah aku?” tambahnya.
“Ya, kan gajiku setengah dari gaji Mbak.”
“Tapi kan ini Dik, itu....blaaaaa...(Puanjang sekali pembelaannya)” saya diam.
“Belum ada lowongan di tempatku, Mbak. Kalau di SD xxxx ini sepertinya ada Mbak.”
“Laahh...kok jauh banget! Gak cucuk (cocok) sama gajinya dong.”
Duh, kalau ngomongin soal gaji sering sedih deh. Agak gemes juga sama kakak ipar saya yang satu ini. Memang, yang namanya jadi guru honorer macam saya ini semua tak bisa dihubung-hubungkan sama gaji. Selama ini kalau saya mau mengeluh juga bisa. Gaji sebulan Rp 300.000 itupun merangkap jadi guru bahasa Inggris lho, perjalanan dari rumah setengah jam, bisa dikira-kira dong biaya akomodasinya berapa. Huft!
Belum hilang rasa gemes saya terhadap kakak ipar, eh, gantian adik ipar cerita hal yang sama seperti kakak ipar. Adik ipar saya ini juga ngajar di TK IT di bawah naungan yayasan juga. Gajinya dua kali lipat dari saya, bahkan ada tunjangan ini dan itu. Eh, dia juga ngiri sama saya.
“Kan enak kamu, Mbak, pulangnya cepat!”
Tak munafik, kapan pun saya juga sering mengeluh. Saking seringnya hingga setan menyesatkan sampai-sampai merasa kalau Allah nggak adil. Tapi apa? Ternyata di luar sana ada orang yang iri terhadap apa yang saya miliki. Padahal kalau dihitung-hitung apa yang saya terima (materi) jauh lebih rendah dibandingkan mereka.
Nasihat itu sepertinya memang tepat untuk diaplikasikan. Tak memungkiri memang kalau semakin banyak penghasilan maka semakin banyak pula pengeluaran. Hal itu bisa saja terjadi karena efek pergaulan di sekitar. Jadi, sebesar apapun gaji atau pendapatan yang kita miliki rasanya seperti kurang terus.
Lah, kok malah ngomongin soal gaji ya? Hihihi.
Ending dari postingan ini, saya wajib bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang. Kalau dipikir-pikir gaji Rp 300.000 kok ya bisa ini dan itu. Padahal kalau dihitung secara rincian yang detail itu tak akan cukup. Ya, ini yang dinamakan kehendak Allah. Kalau pintu rezeki yang satu tertutup pintu yang lain akan terbuka. Asalkan rasa syukur itu selalu ada di dada. Bukankah begitu?
Anda memiliki cerita lain tentang bersyukur? Boleh lho sharing juga di kolom komentar.
Kecil bgt ya mba gaji guru honorer menurutku. Sedih aja gt kurang penghargaan terhadap guru pdhl jasanya itu gak ternilai menurut sy. Tp sekali lg itu berkaitan dgn syukur ya mba. Klo selalu bersyukur ya terasa ckup aja.. klo ga bersyukur ya kurang aja trs
BalasHapusIya Mbak, semoga segera ada perhatian bagi saya, dan guru honorer lainnya.
HapusPencerahan jiwa raga di awal tahun abis baca postingan ini. Thanks for sharing mbak
BalasHapusSama-sama Mbak.
Hapustahun 2016 berarti aku harus banyak bersyukurnih, terima kasih sudah diingatkan ya. tadi aku bw ke blog ini tapi gak bisa di buka
BalasHapusHehehe.....yg pntg dijalani :)
BalasHapusAku juga pernah mengalami, ngajar di SD yang lokasinya jauuuuh tapi honornya cuma 50rb sebulan...
BalasHapuskuncinya memang bersyukur dan ikhlas :)
semangat...bu Guru
Count your blessings! Prinsip ini yg kudu selalu dijunjung ya mak
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Gak ada yang tahu kehidupan seseorang. Hanya bisa liat doang gimana enaknya, tanpa tahu susahnya.
BalasHapusmasa depan mah dimulai dari sekarang sesulit apapun
BalasHapus