Assalamualaikum.
Nyicil Biaya Pendidikan Anak Mulai Sekarang. Saya masih teringat jelas saat di mobil sepulang acara wisuda, ibu berkata, “Nduk, perjuangan ibu untuk nguliahin kamu sudah sampai sini saja ya. Kalau kamu ingin S2, monggo, tapi usaha sendiri.”
Mendengar itu...jujur saya sedikit kecewa. Padahal semangat sekolah saya masih begitu membara lho. Saya masih ingin mencoba ini dan itu. Mencari pengalaman di berbagai tempat. Sayang, ibu sudah cul tangan (lepas tangan) untuk masalah biaya.
Di lain sisi, saya juga menyalahkan diri saya sendiri. Kok seperti kacang yang lupa kulitnya. Sudah untung saya bisa kuliah S1 dengan latar belakang orang tua yang berekonomi menengah ke bawah. Lagi pula orangtua hanya tamat SD (bapak) dan SMP (ibu). Perjuangan bapak dan ibu untuk saya, anak semata wayangnya, sudah luar biasa. Saya pahami jika mereka ingin menikmati masa tuanya tanpa memikirkan masalah perekonomian yang pelik. Tapi saya yakin, seandainya memiliki rezeki lebih pun, mereka ingin kembali menyekolahkan saya.
Sebagai manusia pembelajar, saya berusaha mengambil hikmah dari apa yang pernah saya alami. Baik itu yang suka maupun duka. Kalau yang duka, misal bisa request sama Allah mendingan hanya saya saja yang mengalaminya, jangan anak cucu saya nanti. Apalagi soal pendidikan. Mereka harus sekolah setinggi-tingginya.
“Ya kalau bapak ibunya S1 paling tidak anaknya S2-lah” seloroh orang.
***
Awal tahun 2015 adalah pertama kalinya saya menuliskan resolusi tahunan bersama suami. Suami baru gitu lho. Hihihi. Salah satu bunyi resolusi itu adalah memiliki anak dan menyiapkan asuransi pendidikannya begitu dia lahir.
Alhamdulillah, tak selang lama saya pun hamil. Nah, pas usia kehamilan menginjak usia 8 bulan saya sengaja datang ke bank. Di depan CS bank tersebut bertanyalah saya tentang tetek bengek asuransi pendidikan. Tak mau melewatkan kesempatan emas dong ya. Setelah tanya ini dan itu mulai A sampai Z, kok saya kurang srek ya. Akhirnya, “Mbak, nanti akan saya diskusikan sama suami lagi, ya.”
Hasil pembicaraan saya dan CS bank tersebut intinya adalah bayar asuransi tak boleh bolong-bolong, jumlah uang yang akan diterima sesuai dengan yang kita tabungkan, pencairannya tidak bisa kapan saja, harus sesuai kontrak. Lah, kalau begitu apa bedanya sama menabung di celengan kalau nabungnya tak ada penambahan sama sekali setelah sekian tahun? Ehm, ada sih bedanya, nggak bisa diambil kapan saja, kalau di celengan kan bisa dibobol kapan saja ya?
Enakan ditabung di koperasi simpan pinjam (KSP) dekat rumah dong. Bunganya gedhe, hadiah undian tahunannya ada mobil lho. Ehm...tapi kalau dihitung-hitung biaya administrasinya juga gedhe sih. Bingung...bingung...bingung.
Apa kata suami? Ternyata suami pun memiliki pendapat yang sama dengan saya. Akhirnya kami tak jadi mendaftarkan asuransi pendidikan untuk anak kami. Sekarang? Masih belum punya juga. Bisa dikatakan resolusi kami itu GAGAL. Ghifa, anak kami, kini sudah usia 6 bulan tapi asuransi pendidikannya mana? ZONK.
***
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pas perayaan ulang tahun yang pertama dari komunitas blogger perempuan Semarang, yaitu Gandjel Rel (3/6/2016) saya berkesempatan untuk mengikuti bincang investasi dengan tema “Cicil Masa Depanmu dari Sekarang” yang dipandu oleh Mas Surya Hadinata, perwakilan dari Manulife Asset Management Indonesia cabang Semarang. Dari rumah sebenarnya saya sudah penasaran banget, investasi macam apa sih yang akan dibahas?
“Dulu saya kuliah biaya masuk tak seberapa, kemarin keponakan saya kuliah, biayanya??? Berkali-kali lipat....” kata Mas Surya dengan menggebu-gebu. Saya jadi penasaran.
Benar juga ya kata Mas Surya, biaya pendidikan saat ini itu mahal banget. Belum lagi ditambah uang jajan, biaya kos, bayar listrik dan air, belum lagi nanti kalau beli buku, praktikum, PPL, KKN, sampai skripsi. Duh...duh...duh...kalau 20 tahun lagi pas Ghifa kuliah jadi berapa?
Saat ini usia saya 24 tahun, sedangkan suami saya sudah 33 tahun. Kalau 20 tahun kemudian berarti usia saya 44 tahun dan suami 53 tahun? Bisa dibayangin kan dengan usia segitu kami harus memikirkan biaya pendidikan Ghifa kemudian juga biaya merawat bapak ibu saya. Oh tidak! Terlebih lagi kami tak tahu yang namanya usia, iya kalau usia segitu masih sehat-sehat saja, kalau sakit-sakitan? Dimana kebahagiaan masa tua kami?
Di tengah asyiknya saya menge-tweet apa yang disampaikan Mas Surya, beliau melontarkan pertanyaan yang membuat saya berhenti sejenak menatap layar smartphone, “Kalau ingin masa depan Anda lebih terjamin kebahagiaannya, yuk investasikan kebahagiaan itu mulai sekarang. Ehm...Ngomong-ngomong soal investasi. Apakah investasi itu harus?”
Saya diam. Hening.
"Jawabnya, harus!" tegas Mas Surya.
Ah, masak iya?
Belum sadar juga?
Dalam bincang investasi tersebut, Mas Surya menguatkan ungkapannya tersebut dengan mengenalkan tiga langkah sadar investasi dari Reksa Dana Manulife yang disebut 3i, yaitu insyaf, irit, dan investasi. Yang belum sadar yuk disimak! Saya akan rangkumkan untuk Anda.
Apa itu insyaf?
Monggo kita insyaf bersama-sama. Pernah nggak sih Anda menyadari kalau biaya pensiun itu tak sedikit? Merasa masih muda? Yakin? Sudah 30 lebih masih muda? Nunggu usia berapa? Punya tabungan? Berapa? Yakin cukup? Mau ngandalin anak? Kalau seperti saya yang hanya semata wayang begini gimana? Kalau jaman dulu sih anaknya banyak. Sekarang? Terus barang-barang serba mahal lagi. Nggak ingin investasi mulai dari sekarang?
Bagaimana dengan saya? Sudah insyaf? Punya tabungan, tapi nabungnya juga kalau uang gaji saya dan suami ada sisa setelah belanja. Kalau tidak ya bolong-bolong deh. Padahalkan harusnya nabung dulu baru belanja ya? Tapi lagi-lagi apa cukup untuk biaya pendidikan Ghifa nanti dan biaya pensiun saya bersama suami?
Apa itu irit?
Hihihi...siap-siap kesindir lho ya? Berapa persen tingkat keiritan Anda? Biasa makan di restoran mahal? Minum kopi yang secangkir Rp 50.000? Nenteng 5 tas belanja dari gerai baju merk terkenal? Buat apa coba? Gengsi? Kan bisa minum kopi yang harganya seribu per sachet? Makan di kaki lima atau angkringan kan juga halal kan?
Bagaimana dengan saya? Kalau suda masuk mini market atau tempat belanja hawanya kalau lihat diskon itu pengen diambil semua. Apalagi kalau diskon diaper untuk Ghifa. Inginnya beli langsung berapa karton gitu. Padahal kan bisa beli sesuai kebutuhan sebulan saja dan uang lainnya bisa ditabung. Jujur nih ya kalau pulang ngajar bawa belanja bejibun tuh hawanya bangga banget kalau dilihat orang *pamernya kumat*. Padahal gaji nggak seberapa. Hihihi.
Apa itu investasi?
Oke, kalau sudah insyaf kemudian mulai irit, saatnya tahu apa itu investasi. Hari gini masih ada yang nabung di celengan? Atau disimpan di bawah bantal? Suami dan saya masih. Celengan tersebut dibuka setiap bulan puasa. Jumlah uangnya nambah? Nggak! Yang ada uang penuh dengan jamur. Terus mau nukerin uang agak sulit, kan pasti ada yang recehan, uang seribuan, dua ribuan, lumayan merepotkan.
Bagaimana kalau ada yang ingin berkecimpung di dunia pasar modal? Ah banyak resikonya, harus punya modal besar, tahu pasti tentang informasi dan pengetahuan pasar modal, terus punya waktu untuk memantau fluktuasi saham tiap detiknya? Ah, repot banget deh.
“Nah, kalau ternyata dana kita minim, waktu tak banyak, pengetahuan soal pasar modal nyaris nggak punya, tapi tetep pengen investasi di macem-macem instrumen. Gimana caranya?” Mas Surya kembali melontarkan pertanyaan kepada tamu undangan acara ulang tahun Gandjel Rel.
“Reksa Dana!!”
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dengan Reksa Dana, siapapun bisa berinvestasi pada berbagai instrumen pasar modal – seperti saham dan obligasi. (Manulife)
1. Aman
Reksa Dana dikelola oleh manajer investasi dan diadministrasi oleh bank kustodian yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jadi, Anda tidak perlu memantau dan mengelola investasinya sendiri.
Kalau ada yang simpel gini buat apa cari yang repot?
2. Mudah
Kita tak perlu sibuk mengelola satu-persatu investasi kita. Ada manajer investasi yang melakukannya untuk Anda.
Mau investasi apa saja? Nggak perlu khawatir bakalan ribet ya. Karena kita tinggal investasi, urusan selanjutnya ada yang ngurus. Layaknya punya asisten keuangan gitu. Kurang apa coba?
3. Bisa dicicil
Mau investasi tapi nggak punya uang puluhan bahkan ratusan juta? Tenang, dengan Reksa Dana Anda bisa mulai mencicil investasi dengan uang Rp 100.000. Dengan uang segitu siapa saja bisa kan untuk berinvestasi? Pelajar, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, sampai pengusaha kondang pun juga bisa.
4. Bisa mengalahkan inflasi
Siapa yang menyangka dengan kita berinvestasi dapat mengalahkan inflasi? Karena dengan Reksa Dana, kita punya kesempatan untuk menumbuhkan daya beli uang simpanan kita dalam jangka panjang.
5. Bukan objek pajak
Sudah biasa kali ya kalau nabung pasti dipotong biaya administrasi sekian. Harus dengan jumlah sekian puluh juta agar nggak kena potongan. Kalau Reksa Dana? Hasil investasi reksa dana tidak dipotong pajak sedikitpun.
6. Transparan
Santai, kalau Anda masih sangsi, kita bisa lho mengecek informasi Nilai Aktiva Bersih dan kinerja reksa dana melalui media massa seperti surat kabar atau situs internet.
7. Likuid
Salah satu yang membuat saya mundur untuk membuat asuransi pendidikan Ghifa ya karena pencairannya harus sesuai kontrak. Nggak bisa fleksibel. Nah, kalau Reksa Dana bisa dicairkan kapan saja. Enak kan?
Sampai sini sudah mulai tertarik untuk berinvestasi melalui Reksa Dana? Saya sangat tertarik. Investasi ini tentu untuk biaya pendidikan Ghifa nanti. Habis beda banget sih dengan asuransi pendidikan pada umumnya. Bedanya apa?
Yang namanya rezeki itu memang tak kemana ya? Ketak-ketik apa yang disampaikan Mas Surya eh saya jadi salah satu pemenang live tweet acara bincang investasi ini dan mendapatkan tabungan sebesar Rp 300.000 yang bisa langsung diinvestasikan. Wah, senang banget saya. Pas diminta untuk langsung daftar ke Mbak Pika (ternyata kakak tingkat SMA saya), saya langsung antusias. Ini rezeki Ghifa nih. Aamiin.
Allah sudah membukakan pintu gerbang untuk biaya pendidikan Ghifa mulai sekarang nih. Tinggal saya yang harus benar-benar sadar untuk melanjutkan invetasi biaya pendidikan Ghifa melalui Reksa Dana Manulife. Apa yang harus saya lakukan kalau sudah ada niat investasi?
1. Utamakan prioritas
Mulai dari skearang lapar mata saya untuk diaper Ghifa harus dikurangi nih. Kebiasaan saya suka jajan di luar juga, kan lebih baik bawa bekal dari rumah. Yang terpenting kesadaran saya akan prioritas menabung terlebih dahulu baru kemudian belanja harus ditingkatkan lagi.
2. Disiplin
Karena gaji saya dan suami tak langsung masuk rekening, otomatis nggak ada kata malas untuk datang ke bank. Agar enak lagi lebih baik untuk investasi ini saya menggunakan fasilitas otomatis debet agar tidak lupa dan repot. Apalagi untuk invetasi Reksa Dana Manulife ini baru bekerja sama dengan 3 bank, yaitu BRI, BNI, dan Mandiri. Semoga lain waktu bisa ditingkatkan lagi kerjasamanya dengan beberapa bank ya.
3. Sekarang!
Tak ada kata terlambat untuk memulai investasi sekarang juga. Daripada besok-besok? Investasi biaya pendidikan Ghifa sudah tertunda selama 6 bulan lho. Saya tak mau menunda lagi. Karena menunda sama halnya dengan melewatkan berbagai kesempatan emas.
Anda? Mau masa depan cerah? Ingatlah Reksa Dana Manulife. Monggo nyicil biaya pendidikan anak mulai sekarang seperti saya. Atau mau nyicil dana pensiun kan juga bisa. Karena masa depan Anda ada di tangan Anda sendiri. Dan pesan guru saya, “Apa yang kamu lakukan hari ini akan ada hikmahnya di 10 – 20 tahun mendatang.” Nggak percaya? Coba saja!
Pulang dari acara tersebut saya senyam-senyum sendiri di jalan. Untung saja saya tak melewatkan kesempatan emas tersebut. Karena melewatkan hari itu sama halnya saya melewatkan kesempatan Ghifa untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Terima kasih banyak saya ucapkan untuk Gandjel Rel, foundernya (Mbak Nik, Mbak Rahmi, Mbak Tari, Mbak Wuri, dan Mbak Dedew), Manulife yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi bagian dari cerita di hari yang penuh makna. Sampai jumpa di lain kesempatan ya.
Founder Gandjel Rel Mulai dari kiri: Mbak Tari, Mbak Uniek, Mbak Rahmi Mbak Dedew, dan Mbak Wuri |
Terima kasih banyak saya ucapkan untuk Gandjel Rel, foundernya (Mbak Nik, Mbak Rahmi, Mbak Tari, Mbak Wuri, dan Mbak Dedew), Manulife yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi bagian dari cerita di hari yang penuh makna. Sampai jumpa di lain kesempatan ya.
membuat tabungan untuk anak jadi lebih mudah dengan manulife yah Mbak :)
BalasHapusIni rejekinya dedek ghifaa keren dongππ
BalasHapusSiip mbak...menyiapkan bekal itu penting, mudah2an dapat menabung mengalahkan inflasi. Serta sadar setiap pilihan ada risiko, termasuk di reksadana.
BalasHapusWaah, selamat dapat Reksa Dana.... tinggal nerusin aja yaaa :)
BalasHapusKomplittt bangettt... Semoga dengan Reksadana manulife adalah pilihan tepat untuk investasi masa depan.
BalasHapusMahmud abas ternyata ya mbak ika ini. Luwih tuwek aku π
BalasHapusSemoga kita bisa menyiapkan masa depan kita dan anak-anak kita dengan baik dan matang ya
BalasHapusWahhh prinsip 3i nya keren juga nih.. hehehe
BalasHapusMo insyaf ah supaya punya tabungan hari tua dan bisa nyekolahin nadia setinggi2nya. Insyaallah
BalasHapusSaya pribadi msh blm bs memutuskan memilih investasi dan asuransi yg tepat. Kebanyakan pertimbangan.hehe
BalasHapusRejekinya Ghifa luar biasa nih, tinggal lanjutin setoran berikutnya aja ya Ika
BalasHapustulisannya kece ...msh 24 ?msh muda banget mbak
BalasHapusWah mbak Ika ternyata masih muda sekali ya :)
BalasHapusSalah satu invenst yang mudah memang reksa dana ya mbak apalagi fleksibel dan setorannya juga murah :)
Tinggal dirutinkan aja nih tiap bulan nyisihin buat reksa dana ya Ika. Aku juga udah ikut reksa dana Manulife sejak 6bulanan lalu.
BalasHapusDedek ghifa gak ikut tp tetap narsis di postingan :)
BalasHapusJadi pengen ikut juga investasinya :)
BalasHapustercerahkan :D
BalasHapus