Aneh, seharian lancar, malah setelah buka puasa di hari pertama bulan ramadan tahun ini saya langsung KO. Badan rasanya lemas, kepala kliyengan (tak kuat jalan), dan persendian terasa sakit semua. Apa yang terjadi? Apakah saya memutuskan untuk tidak berpuasa?
Ramadan ini adalah kali pertama saya berpuasa sambil menyusui. Kak Ghifa saat ini berusia 9 bulan dan tentunya sudah MPASI. Loh sudah MPASI kok masih bermasalah puasanya? Ya, jawabnya singkat, daya tahan tubuh orang berbeda-beda. Selain itu butuh teknik tertentu agar Kak Ghifa bisa diajak kompromi.
Pada saya, ibu menyusui
Perubahan drastis itu terjadi selepas buka puasa di hari pertama. Badan rasanya lemas, kepala kliyengan (tak kuat jalan), dan persendian terasa sakit semua. Saya berpikir apakah saya kurang darah? Seharian biasa-biasa saja dan Kak Ghifa pun nenen ya nenen saja.
Sebelumnya saya sudah mencari berbagai referensi untuk persiapan berpuasa sambil menyusui. Salah satu tanda kalau tubuh kurang siap diajak berpuasa ya dengan tanda lemas dan kliyengan ini. Akhirnya saya meminta tolong kepada ibu untuk dikerokin. Suami kemana? Beliau saat itu juga sedang KO. Hiks.
Setelah dikerokin, saya minum jamu herbal penolak masuk angin. Mungkin saya juga masuk angin. Paginya, tubuh sudah agak mendingan. Tapi jujur, Kak Ghifa semalaman nggerot mulu, nenen tak berhenti. Dan saya tetap berpuasa di hari berikutnya. ASI apa kabar? Alhamdulillah tidak terlalu berkurang drastis.
Pada Kak Ghifa
Dari pengamatan saya di awal berpuasa, intensitas nenen Kak Ghifa justru meningkat. Sejam nenen, sejam kemudian nenen lagi. Saya memang membiasakan Kak Ghifa untuk nenen langsung ke saya saat saya tidak sekolah. Soalnya, Kak Ghifa sudah tidak bisa ditipu. Kalau ada saya di rumah, dia pasti tidak mau nenen pakai botol dot atau yang lainnya. Selain itu, Kak Ghifa pun agak rewel. Mudah ihik-ihik. Saya yang masih sedikit kliyengan harus benar-benar bersabar. Ngolor usus.
***
Keinginan kuat untuk berpuasa masih membara dalam hati saya. Karena bagi saya sendiri puasa itu wajib. Kalau tidak puasa seperti ada yang aneh. Ramadan datangnya hanya sekali. Meskipun ada keringanan untuk ibu hamil dan menyusui, saya tetap akan berusaha, dengan cara bertanya sana-sini, ke teman blogger ataupun teman yang kebetulan juga menyusui seperti saya.
Apa yang saya dapatkan? Berikut saya rinci ya.
- Konsultasi kepada dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa itu penting. Karena masih kliyengan, di hari ketiga puasa akhirnya saya pergi ke dokter setelah berbuka puasa. Ternyata tekanan darah saya di bawah standar normal. Kemudian saya juga terserang masuk angin karena beberapa hari sebelum puasa datang kegiatan saya cukup padat dan melelahkan. Makanya dapat pesan untuk memperbanyak asupan sayuran hijau. Nah, bagi ibu menyusui yang hendak berpuasa jangan ragu untuk konsultasi kepada dokter dulu ya. Karena dalam hal ini bukan urusan ibu menyusui saja, melainkan juga untuk kepentingan kesehatan anak. Apalagi untuk anak di bawah 1 tahun yang masih membutuhkan banyak ASI.
- Menerapkan pola makan 3 x sehari. Yaitu: buka puasa, setelah tarawih, dan sahur. Untuk pola ini, tiga hari awal puasa rasanya sangat sulit menerapkan makan setelah jam tarawih, akan tetapi demi Kak Ghifa bisa tidur nyenyak tanpa nggerot terus saya pun rela bangun tengah malam atau pas hendak tidur untuk makan lagi. Nggak takut gendut? Halah, untuk anak harus nomor 1.
- Memperhatikan betul menu makanan yang masuk ke mulut. Bagi saya yang kliyengan bisa memperbanyak makan sayuran hijau. Contoh utamanya adalah daun ketela pohung. Setelah dua hari mengkonsumsi daun ketela pohung, alhamdulillah kliyengan makin berkurang. Menu yang dikonsumsi diusahakan memenuhi kaidah menu seimbang. Pokoknya ada nasi, sayur, lauk, buah, dan susu-lah.
- Saat berbuka, hendak tidur, dan sahur mengkonsumsi kurma dan susu kedelai yang kaya protein. Biasanya saya mengkonsumsi susu kedelainya dalam keadaan hangat.
- Perbanyak minum air putih. Sekali buka puasa saya bisa minum air putih sampai 5 gelas. Setiap hendak tidur saya juga menyiapkan botol minuman di samping tempat tidur untuk persiapan kalau haus di tengah malam.
- Ngemil buah. Ini nih bagian yang paling saya suka. Buah apapun saya makan. Hahaha. Rakus banget ya. Terutama melon, pisang, jambu dan pepaya. Bah tersebut banyak sekali kandungan airnya.
Setelah keenam poin di atas saya aplikasikan apakah saya tak lagi kliyengan dan Kak Ghifa jadi nggak rewel? Itulah pertanyaan yang ingin saya tanyakan pula. Untuk menjawabnya, saya sampai rela puasa bolong satu hari demi mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah Kak Ghifa kalau siang rewel (kalau malam sudah tidak terlalu nggerot karena pola makan saya sudah berubah-makan sebelum tidur) itu karena saya itu puasa atau karena hal lain? Apakah saya kliyengan karena di siang hari Kak Ghifa juga nggerot mulu?
Alhamdulillah, atas kerja sama dengan keluarga untuk melewati semua ini ternyata hasilnya adalah jreng jreng jreng...
- Saya kliyengan memang karena intensitas Kak Ghifa nenen semakin meningkat di bulan puasa ini dan juga badan kurang fit.
- Kenapa Kak Ghifa nggerot mulu baik siang (terutama) maupun malam? Karena dia lapar. Kak Ghifa ini bisa disebut nafsu makannya sangat besar. Bawaannya pengen nyemil mulu. Dia mau diam kalau ada makanan. Dia nggak rewel dan tidurnya nyenyak karena perutnya kenyang. Ini nih yang terlupakan. Makanya, kini, saya selalu menyiapkan cemilan buat Kak Ghifa, ada melon, pepaya, biskuit, kerupuk, pisang, tempe mendoan, mentimun, dll. Pokoknya yang bisa diterima mulut Kak Ghifa dan tak ada reaksi negatif pada tubuhnya. Oya, selain itu, jam makan Kak Ghifa juga berubah. Kalau makan pagi sekitar pukul 05.00 (dia sering ikutan sahur), makan siang pukul 11.00, dan makan malam selepas buka puasa. Semenjak ditinggal puasa, Kak Ghifa makin kuat minum air putihnya.
Jadi, itulah rahasia saya bisa puasa kembali setelah bolong sehari. Itupun demi mencari penyebab Kak Ghifa yang masih rewel meskipun saya tidak puasa. Intinya, niat puasa yang kuat dan penuhi 6 poin di atas. Akan tetapi itu semua tak bisa dipukul rata untuk setiap ibu menyusui. Karena yang tahu keadaan tubuh seseorang ya orang itu sendiri dan Allah.
Apa yang berubah dengan tetek bengek Kak Ghifa?
Selain jam makan Kak Ghifa yang berubah, jam tidur Kak Ghifa juga berubah. Kalau tidur siang, lama banget. Bisa sampai 3 jam. Kak Ghifa juga sering ikut sahur. Hihihi. Kalau sudah seperti itu ya gantian sama suami atau nenek dan kakeknya. Apa nggak ngantuk? Saya yang justru ngantuk berat.
Hai Busui, ini cerita pengalaman saya puasa sambil menyusui. Anda punya cerita juga? Atau bahkan punya tips andalan agar puasa sambil menyusui tetap lancar jaya. Boleh lho berbagi cerita di kolom komentar.
Dulu waktu menyusui Rani saya puasa gak ya? hihihi lupa...udah lama soalnya..Tapi sepertinya sih iya :)
BalasHapusHihihi...memangnya Kakak Rani sudah usia berapa tahun, Mbak?
HapusNgantuk berat, sama yahh pengalamannya, waktu itu saya masih puasa , tapi juga ada bolongnya, tetap semangat dan mengenal ketahanan diri
BalasHapusHampir sama ya kebanyakan, bayinya enjoy-enjoy aja tapi ibunya yang kliyengan. hihi thanks sharingnya mbak
BalasHapuspengalaman luar biasa ya buat ibu menyusui pas puasa gini :)
BalasHapusKelaperan pastinya ya, bisa mempengaruhi kuantitas asi dan kuantitas cadangan makanan pada ibunya :). Tapi, kan ada rukhsoh yang bisa digunakan apabila memang urgent, semoga diberi kelancaran selama puasa ya mba.
BalasHapusAku tahun lalu puasa cuma 10 hari, anak aku 7 bulan
BalasHapusIya, puasa sambil nenenin memang lemes, anak aku juga rewel terus. Dan aku juga ggpernah minum jamu, blm ngerti gimana caranya menyusui tapi tetep puasa
bukan cuma itu ajah sih, waktu itu means aku gg teratur dan flek2 sampai 2 mingguan lebih
tapi Alhamdulillah, tahun ini aku bisa puasa
Hebat ih bisa puasa :)
BalasHapusAku malah blas belum ikut puasa dek...
ha..ha..masak piringnya dimakan dek?..aku dulu puasa tapi jelong2 mbak..sehari puasa sehari engga soalnya si kecil ASInya kuat banget sampe mataku berkunang2
BalasHapusHebat ya masih puasa, dulu aku pas anak pertama nggak puasa karena lapar terus, hahaha
BalasHapus