Mengajar di kelas 1 itu tantangan tersendiri bagiku. Pola pikir mereka yang sangat sederhana seringkali membuatku jungkir balik mencari cara piye agar mereka paham apa yang aku sampaikan. Ternyata kuncinya hanya satu, pembiasaan.
"M...kaki 3.....n....kaki 2....."
Atau,
"H..kursi terbalik."
"M...kaki 3.....n....kaki 2....."
Atau,
"H..kursi terbalik."
Sejauh ini, mereka terbiasa dengan awal pembelajaran dengan mengingatkan pelajaran yang sudah lalu, kemudian menulis hari dan tanggal, kemudian judul materi yang akan dipelajari. Seperti itu. Kalau aku lupa sedikit saja, mereka pasti berteriak mengingatkan.
Mak lampir imut-imut Sumber gambar: pixabay.com |
"Terima kasih, Jib." ucap salah satu dari mereka saat aku lupa mengucapkan terima kasih kepada ketua kelas setelah memimpin doa.
"Bu, tulisannya kurang tebal."
"Bu, pelajarannya nggak ditulis."
Pokoknya aku tak boleh luput sedikitpun.
Pembiasaan lainnya saat penyampaian materi. Setelah menerangkan babibubebo, pasti kan nulis ya. Nah, kalau nulis itu aku harus ekstra sabar banget. Nulis satu kata (pas awal-awal), mempersilahkan mereka menirunya di buku. Begitu seterusnya sampai selesai baru dibaca.
Kenapa kok seperti itu? Lah iya, kalau ada yang ketinggalan satu huruf saja pasti ada yang teriak-teriak, maju ke depan marah, bahkan ada yang nangis. " Ibu...huhuhu...Ibu...." Ah, namanya juga anak-anak.
Beda lagi kejadian yang dialami sama guru mapel saat mengajar di kelasku. Selalu saja anak-anak pada berisik kayak pasar karena gurunya menulis di papan tulis lempeng sampai selesai. Ya, pembiasaanlah yang berlaku. Sudah sering aku ingatkan sih caranya agar anak bisa manut dan anteng. Tapi, namanya manusia ya kadang lupa. Kalau sudah seperti itu, mulut mereka tak ada yang diam,
"Itu apa, Bu?"
"Diisi apa, Bu?"
"C nya nggak jelas. Spidolnya habis ya?"
"Minggir, Bu. Nggak kelihatan."
"Aku nggak bisa."
Bahkan ada yang sampai menangis karena tak paham harus apa. Kalau sudah seperti ini, mak lampir harus beraksi. Hahaha. Mak lampir tahu kan? Ya, aku. Hihihi.
Ampyun Mbak Ika, aku geli sendiri bacanya dari postingan kemarin. Murid2nya bikin ide nulis banget ya :) Jan kudu sabir tenan
BalasHapusMakanya Mbak, eman banget misal tak simpan sendiri ceritanya.
HapusMbak ini kelas satu SD apakah SMP? Jadi guru emang mesti sabar banget ya :D
BalasHapusKelas 1 SD Mbak.
HapusJadi ingat pernah ngajar mapel untuk kelas 1. Anak-anak yang baru lulus TK itu imut-imut membingungkan. Kalau ada yang gak bisa ujung-ujungnya nangis apalagi kalau ada yang komporin, huhuhu
BalasHapusImut2 membingungkan, iya ini betul banget. Hahaha. Kalau nggak bisa andalannya masih nangis.
Hapushahahaha lucu ya ngajar kelas 1 SD mbak. aku mah kemaren ngajarnya anak SMA, yaaaaah ga gitu lagi yang ditanya. malah kadnag yg ditanya, "bu, akun sosmed nya apaan bu? ntar tak follow, terus ibu folbek yaaa" hahahahahaha
BalasHapustulisandarihatikecilku.blogspot.com
Hahahaha...ada cerita sendiri ya Mbak tiap jenjang. Aku malah pengen nyobain jadi dosen pula. Pasti beda rasanya.
HapusWooowww kmu guru SD ya?
BalasHapusSumbu sabarnya harus panjang tuh. Hehehe...
Karena aku aja kalau pas ngajarian anakku yang kelas 1 SD di rumah, bawaannya emosi terus.
Asal nggak sumbu kompor aja ya, Mbak. Sekarang nyarinya susah. Hihi
HapusH kursi kebalik, iya kalau h kecil, bu, Kalau H besar gimana caranya dong?
BalasHapusDi pembelajaran aku pakainya huruf kecil Mbak. Huruf kapital hanya sebatas pengenalan saja.
HapusSetauku itu h itu angka 4 dibalik...
BalasHapusemang ibu guyu pinter pinterin ya pembiasanya....hahah
Hooh, wis pokoke anak-anak mudeng lah. Padahal aku keliru ya. Duh
Hapussemangat mb ika, amal jariah, aku aja ngajarin anak sendiri, yo mumet
BalasHapusHahaha...aamiin Mbak. Hooh aku pin gitu sama anakku sendiri nggak bisa sabar.
HapusNgajar anak kelas 1 itu memang kudu punya stok sabar tinggi ya mbak. Rempongnya mereka bikin greget. Tetap semangat mbak!
BalasHapusSiap! Greget e itu lho muncak setiap hari.
HapusSaya juga mengajar kelas 1 mb dan alhamdulillah lancar2 saja
BalasHapusSelamaaat Mbak.
Hapus"minggir bu, nggak kelihatan"
BalasHapusdulu pas saya SMP ada teman begitu mbak, terus dianggap nggak santun ama guru, hehe.. mau nya guru tunggu aja sampe selesai nulisnya
SMP yo Mbak iku. Ini muridku kalau sama aku nggak karena aku sering teriak gini, "Kalau bu guru nggak nutupin siapa yang mau nulis? Tunggu sebentar nanti bu guru juga minggir." kalau sama guru maprl pasti pada teriak2. Hahahaha
Hapus