Minggu, 11 Juni 2017

Dia yang Asing Bagiku


Aku paham soal ajaran Islam tentang larangan bermusuhan antar sesama. Apalagi lebih dari 3 hari. Dosa. Tapi, ah, aku tidak bermusuhan dengannya kok. Hanya merasa asing semenjak 7 tahun lalu.

Pas Mbak Tina dan Mbak Nunung melempar tema sahabat untuk arisan blog ke 4 ini, aku langsung teringat dengan seseorang yang beberapa hari lalu me-love postingan lawasku di Instagram.



Saat melihat namanya di notifikasi, aku penasaran. Siapa ya? Setelah ku telusuri, akunnya di privat. Foto profilnya, deg!

Dia?

Ngapain tiba-tiba nemu instagramku, nge-love pula. Foto yang di-love itu kok ya yang berhubungan dengan pernikahan dan teman-teman kuliahku.

Ingatanku seketika meluncur bebas menuju kejadian 7 tahun lalu, tepatnya sehari sebelum aku ujian nasional pas SMA.

"Pokoknya mulai detik ini persahabatan kita putus. Anggap saja kita nggak pernah kenal. Kamu kok tega banget sama aku, Mbak. Aku nggak nyangka."

Kira-kira begitulah isi SMSnya. Aku kaget juga dia SMS seperti itu. Ah, paling becanda ini. Masak iya sih dia lebih memilih pacarnya daripada aku, sahabatnya dari kecil. Pacar bejat gitu kok dibelain. Batinku dulu begitu.

Singkat cerita, pacarnya itu suka sama adikku. Tapi, cintanya ditolak. Karena marah kali ya, pacarnya itu berbuat yang di luar nalar orang. Dia mencemarkan nama baik adikku. Sekampung heboh. Tingkahnya itu sudah mencoreng nama baik keluarga besarku. Sampai-sampai bapakku marah besar dan mendatangi rumah pacarnya itu. Bahkan, bapak mengancam untuk membawa kasus itu ke polisi.

Apa hubungannya dia marah sama aku? Aku tahu kelakuan bejat pacarnya ke adikku ya dari dia. Otomatis lah ya, aku sebagai kakaknya juga ikut naik pitam. Pasti aku lebih memilih keluargaku. Ini masalah kehormatan lho. Nah, dari situlah dia marah besar kepadaku. Sampai saat ini.

Sakitnya hatiku, sehari sampai bertahun-tahun setelah kejadian itu setiap kali bertemu denganku, dia selalu melengos. Bahkan, seringkali dia mencos (mulutnya mengkerucut ke samping).

Aku nyapa, "Hai!" Dia cuek saja.

Duh, hati siapa yang tak patah hati. Patah hati dengan sahabat. Ini bertahun-tahun lho.

Sekarang, setiap kali bertemu dengannya, aku pura-pura tak lihat. Kalaupun sampai tak sengaja mata kami beradu, mataku sudah kaku. Apalagi bibirku. Ya, hatiku sudah asing dengannya. Bagiku dia orang asing.

Hai, apa kabar kamu?
Sumber gambar: ceritafancha.blogspot.co.id

Padahal dia adalah salah satu sahabat yang ke mana-mana kita pasti bareng. Sekalipun sekolah kami selalu berbeda, karena rumah kami dekat (hanya beda RT- jarak 100an), setiap hari, dia pasti ke rumahku. Sebaliknya aku. Kalau dia nggak bisa ke rumah, aku yang ke rumahnya. Makan bareng, tidur ya tidur, pokoknya sudah kayak saudara kandung lah.

Ah, sudahlah.

Sampai kejadian bapaknya meninggal, aku juga tak ke rumahnya.
Sampai aku menikah, aku tak kirim undangan kepadanya.
Ya, aku sudah merasa asing kepadanya. Tak kenal.

Pernah suatu pagi, aku lagi ngajak Kak Ghifa sepedaan, eh, ketemu dia sama ibunya. Ya yang ku sapa ibunya. Lah, dia? Dia melengos. Pura-pura nggak tahu aku padahal jelas aku di depannya.

Entahlah, sampai kapan akan seperti ini? Kenyataannya, kini dia juga sudah pisah dengan pacar bejatnya itu. Bahkan, aku mendengar kabar nggak enak tentang sahabatku itu yang jadi simpanan suami orang dan cerita lain-lainnya.

Sungguh, hatiku sedih banget. Kok sampai begitu?

"Itu berarti ada hikmahnya kamu nggak dekat lagi sama dia. Ojo cedhak kebo gupak (jangan dekat dengan kerbau yang kotor). Mungkin begitu cara Allah menjauhkan kamu darinya." Begitu nasihat ibu setiap kali aku cerita tentang pertemuanku dengannya di jalan.

Jujur, semenjak kejadian itu, aku tak pernah lagi dekat dengan orang. Aku tak pernah percaya adanya sahabat. Sahabat yang ku kenal ya hanya suamiku. Aku sudah merasa sangat cukup punya bapak Ibuk dan suami yang selalu mendukungku.

Ya, aku trauma dengan yang namanya sahabat.

Kesimpulan,
Memiliki sahabat itu memang asyik ya. Tapi setidaknya sedekat apapun dengan sahabat, tetap harus ada batasan, tak perlu lah diomongin semua ke sahabat. Tetap ada privasi.


Benar kata Allah, menyayangi, mencintai sesuatu di bumi ini jangan terlalu. Apalagi melebihi rasa sayang dan cinta kita kepada Allah. Karena sebaik-baiknya pemberi harapan, ya, hanya Allah.

Jangan berlebihan!

Doakan aku, semoga Allah mengampuni dosaku ini ya, Teman.

Untuk kamu yang di sana, maaf kan aku.

16 komentar:

  1. Rasanya memang aku mengalami..tapi gak separah kamu dik kasusnya.ini dgn depan rumahku yang sikapnya berbeda semenjak aq mau nikah dl.

    BalasHapus
  2. wah.. kejadian itu sampai punya dampak tahunan ya..
    itu dia kasih love mungkin pengen baikan,

    BalasHapus
  3. Iya menyukai dan membenci sewajarnya aja karena Alloh ya, InsyaAlloh dimaafkan

    BalasHapus
  4. I do really know that feel. Semoga dilapangkan hatinya ya mbaa untuk bisa memaafkan sahabat nya :)

    BalasHapus
  5. jadi inget novelnya winna effendi yg berjudul ..eh..lupa judulnya.

    BalasHapus
  6. Ikut gemes baca ceritanya. Apalagi baru saja aku juga dikecewakan sahabat meski beda sebab. Dikecewain sahabat itu rasanya seperti patah hati sama pacar. Sama2 sakit hati. Sekarang aku temenan saja sama semua orang. Kalau utk bersahabat dekat, mikir2 dulu.

    BalasHapus
  7. aku pernah ngalamin juga mba. temanku kuliah benciii bgt sama aku padal dl kita temenan baik. tp aku tipenya semakin dijauhi semakin aku mendekati. kok ndilalahnya dosen pembimbing kita sama. dosen paling killer. dan ygbdpt beliau cuman aku dan dia.jadinya ya uda deh jd baik lagi.

    BalasHapus
  8. Waduh cerita yg bikin nggak mau kejadian sama semua orang, jdikan pelajaran

    BalasHapus
  9. Ternyata bener ya, jangan terlalu berlebihan dlm memperlakukan teman, nanti jadi sakit sendiri kalo dihianati.

    BalasHapus
  10. Bener banget mba, that's why kalo aku ditanya siapa sahabatku juga ga bisa jawab. Yg terlalu dekat itu mmg ga baik , lgsg curhat sm Allah aja.

    BalasHapus
  11. Iya, sahabat itu seleksi alam kok, kadang pergi walau ga ada masalah berarti :(

    BalasHapus
  12. Mohon maaf lahir batin mbak Ika, maaf baru bisa BW :)

    Alhamdulillah sejak SD sahabat saya baik2 mbak meskipun sekarang udah pada pisah karena ga ada kontak dan kesibukan masing2. Saat ini saya hanya punya satu sahabat dan udah belasan tahun :)

    Ikut prihatin dengan cerita mbak Ika, semoga bisa berlapang dada dan tidak menjadikan trauma ya mbak, aamiin :)

    BalasHapus
  13. Emang ga gampang utk punya sahabat itu, Ika. Selain mereka bisa dipercaya, juga pada kesiapan kita utk membuka diri ke orang lain. Dan untukku itu tak mudah hehehee... Berbagi aneka cerita dan pengalaman dg orang lain gampang banget, tapi utk yg berbau masalah pribadi, bakalan mikir seribu kali utk cerita klo enggak dekat2 amat.

    BalasHapus
  14. Aku juga pernah ngalamin kaya gini jaman SD tiba-tiba dimusuhin dan dijahatin sampe anak satu kelas ikut-ikutan ngejauhin aku, tapi pada akhirnya aku cuekin karena dia anaknya emang gitu :)

    BalasHapus
  15. setuuju, sedekat apapun tetep ada sedikit sekat pembatas.

    BalasHapus