Berawal dari Abi yang mulai usaha sendiri di rumah awal bulan lalu, ada rasa kekhawatiran akan ada masalah dengan ekonomi keluarga kami. Tahu sendiri kan ya resiko mulai usaha dari 0? Kemudian, melihat teman banyak yang jualan, tiba-tiba ada keinginan untuk usaha jual kerudung.
Banyak pertimbangan sih kenapa aku ingin buka usaha jual kerudung secara offline, diantaranya: rumahku dilewati banyak anak-anak sekolah setiap harinya, di sekitarku juga belum ada yang jualan kerudung, aku tahu tempat di mana kulakan kerudungnya, banyak temanku yang juga menawari barang dagangannya dengan sistem dibawa terlebih dahulu.
Tapi, saat aku mengutarakan maksudku itu kepada bapak ibuk, "Apa nggak sebaiknya uangmu yang tak seberapa itu disimpan saja? Buat jaga-jaga. Nanti kalau ada uang lebih mending dipakai untuk kulakan tanaman."
Yes, aku nggak dapat restu dari bapak ibuku.
"Kalau jualan kerudung modalnya kan harus besar. Soalnya setiap saat model kerudung akan selalu diperbarui. Model A belum laku, sudah ada model B. Nah, ntar kalau nggak laku, kamu siap uangmu nggak balik? Mau dike-manakan kerudung yang nggak laku itu?"
Aku gelagapan deh. Nggak bisa jawab. Benar juga yang dikatakan ibuku.
"Kalau uangmu itu dibuat kulakan tanaman kan malah jelas. Tanaman kalau nggak laku, tiap hari disiram, kan masih tetap hidup. Malah makin berkembang. Terus ntar kalau laku harganya juga bisa dinaikin dikit untuk biaya perawatan. Lha kalau kerudung?"
Entah kenapa keinginan untuk usaha jual kerudung ini masih kuat. Kalau Abi sih oke-oke saja. Ku pikir menyediakan kerudung bagi sesama umatNya kan juga dapat pahala. Akan tetapi, memang ada faktor penghambat ku untuk melanjutkan usaha jual kerudung ini.
- Modal yang masih minim
- Aku belum punya tempat jualan, sementara sih bisa di rumah (rumahku masuk gang) terus rencana pasang banner/MMT gitu.
- Restu orangtua. Ini penting banget bagiku.
- Banyak masukan kalau mendingan jualan pakaian bayi padahal di sini sudah ada tokonya.
- Masih menurut ibuku, aku ini orangnya cepat bosen, ntar kalau jualan kerudung nggak laku terus ngbek nggak mau jualan. Ih, masak sih aku kayak gitu? Kalaupun iya sekarang kan tanggung jawabnya sudah berbeda.
- Ibu juga bilang aku orangnya sering nggak nyaman kalau kumpul orang banyak. Apa iya aku bisa jualan?
"Apa iya, kerudung yang nggak laku mau kamu pakai sendiri?" sindir ibuku.
Ibu dan bapakku selalu ngompor-ngomporin untuk ambil keputusan untuk melanjutkan usaha keluargaku ini, soalnya:
- Usaha keluarga ini sudah berjalan lebih dari 15 tahun.
- Sudah dapat tempat di hati konsumen alias sudah punya pelanggan
- Kemungkinan rugi minim
- Perawatan ringan
- Suami juga selalu standby di sana sambil kerja di bengkel
"Tapi, Bu, kan ada kabar mau digusur. Terus nanti bagaimana?" kilahku.
Kok ada acara digusur-gusur? Ehm, begini, toko tanaman dan bengkel suami itu kan berdiri di atas tanah irigasi milik negara. Ya, siap-siap saja misal digusur. Apalagi akhir-akhir ini santer banget kabar kalau ada penggusuran.
Kabarnya area tersebut mau dipakai untuk pembuatan taman kota. Jalanan depan itu kini kan sudah mengalami pelebaran kanan-kiri 1 meter dan jadi jalur alternatif Gubug-Demak. Terus, di daerah Grobogan (rumahku perbatasan Demak-Grobogan) semua rumah/warung/toko sudah pada digusur lho. Sepanjang perjalanan bersih sih. Nggak ada lagi toko/rumah/warung yang nemplok di sana.
"Santai saja, ntar pasti dikasih tempat yang baik sama Allah. Nggak usah takut. Temannya juga banyak kan misal ada pengguauran?" bela ibu.
Sampai postingan ini ku tulis, aku masih berharap bisa buka usaha jual kerudung. Apa kabar uang modal? Ehm, masih disimpan sama Allah. Hihi.
Ku pikir kalau mau usaha terus nunggu punya modal dulu mah kapan jadi usahanya? Tapi, misal mau pinjam modal terus ke siapa? Bagaimana? Aku juga takut punya hutang. Harus ada agunan ini dan itu. Huh hah!
Saat ini yang bisa ku lakukan ya hanya curhat sama Allah, minta tolong ditunjukkan jalan yang terbaik. Aku kan hanya ingin membantu sesama dan Abi untuk menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan Kak Ghifa terus-terusan.
Misalnya nih ya, kalau Mbak Wahyu dan Bunsal ada di posisiku, mendingan mana? Pilih buka usaha baru atau melanjutkan usaha keluargaku? Kalaupun mau usaha kerudung, punya saran atau solusi untukku?
Wah dilema juga yak, aku sempat pingin bisnis dan beli kerudung, akhirnya kerudung aku bagi-bagikan ke saudara karena belum siap untuk jualan, hiks. Semangat ya, MBak, semoga dibukakan jalan terbaik
BalasHapusRidho suami dan orang tua jadi pertimbangan tertinggi kalau aku mb, Insya Allah akan dipermudah jalannya
BalasHapusKarena aku suka mikir positif, dua-duanya dijalankan bisa.
BalasHapusSambil melanjutkan bisnis keluarga, jualan kerudungnya bisa online.
Tapi setuju dengan ibunya mbak Ika, model kerudung suka sering update.
Untuk itu, design sendiri kerudungnya yang sesuai kesukaan pelanggan rasa-rasanya bisa mensiasati masalah model kerudung yang cepat berubah ini.
Toh kalau pelanggan sudah nyaman, tinggi jaminan untuk lakukan transaksi ulang plus bahkan bisa jadi marketing tak langsung.
Promosi dari mulut ke mulut.
Cuma bisa urun ide.
Aku juga yang termasuk nggak pinter dagang.
Pinternya layanan pelanggan alias yg spik2 manis ^_^
Kalau menurutku sih lebih baik lanjutin usaha yang ada say, semoga segera diberi restu oleh orangtua yaa aamiin
BalasHapusKalo jaman kuliah malah jualan kerudung, batik, sepre, midalnya berdua ma mbakku. Kulaannya di pasar kliwon kudus sm pasat johar mayan juga lo untungnya. Tp sekarang udah ga dilanjutin.
BalasHapusMeneruskan usaha sembari membangun usaha baru, kalau ada niat insyaallah duaduanya jalan. Semangaaaat
BalasHapusPengalamanku waktu pernah jualan oriflame, sophie martin dan sarung bantal batik, selimut anak, mukena dewasa, dan sendal buah juga kaos muslim, harus ada pelanggan tetap mbak, jujur di Semarang ini agak susah jualan, dan selama dulu aku gak kerja, pernah jualan tupperware aja pada nyicil, yang gampang jualan pulsa hp dan pulsa listrik tapi untungnya dikit, nah balik ke pelanggan, setelah mamahku pensiun aku berhenyi jualan karena selain pada dicicil kehilangan pelanggan yaitu teman kantor mamahku, ya bener harus ridho ortu dan suami biar lancar mbak, tetep mending usaha melanjutkan bisnis yang ada, bapakku juga punya usaha sewa molen, dulu punya 3, sekatang sisa 1, jadi tetep dari gaji pensiunan dan kadang sewa molen itu 😊
BalasHapusWanita bisnis itu luar biasa, berjuang terus mbak
BalasHapusdicoba dulu aja mii dengan jualan online..nanti siapa tahu bisa jualan kerudung secara offline gitu
BalasHapusSaya dulu pernah jualan mukena, batik, t-shirt. Pokoknya fashion gitu. Dan memang cepet banget ganti modelnya. Harus kuat mengikuti arus. Nah karena aku juga bosenan dan jualan fashion (pada kasus aku) kok marginnya gak terlalu banyak dan bisa cepet muterinnya, aku ganti usaha deh. Mulai bikin usaha konsultasi pembuatan nama bayi dan nama usaha.
BalasHapusTak telatenin, Alhamdulillah sekarang sudah kelihatan hasilnya. Usahanya lumayan unik jadi brandingnya dapat :)
Semangat terus ya, Mbak. Kata orang sih kalau mau usaha harus fokus dan enjoy. Seneng ngelakuinnya :)
aku pernah usaha jilbab juga mba, kulaan sendiri terus aku puterin juga tetapi ya kalo udah nggak hits jarang yang cari. Akhirnya ak bagi ke sodara2 hehhehe sama aku buat kado deh.
BalasHapusSaya juga sempat mau jualan gamis dan kerudung gitu, sayangnya suami kurang support meski sempat dibuatkan akun buat jualan.
BalasHapusSebaiknya memang terusin usaha keluarga dlu mbak, sambil jalan buka usaha jualan kerudungnya.
Tetap semangat mbak ika, apapun yg kamu pilih insyaallah semoga yg terbaik...
BalasHapusAku puunnn, mungkin bakal galau kalau dpet tanggapan begitu dr ortu, semangat ya mbk, mdh2an segera bs menentukan pilihan yg terbaik bwt mbk dan keluarga, amin
BalasHapusKalau aku milih lanjutin usaha keluarga Mbak. SUdah kelas pangsa pasarnya.
BalasHapusPengalaman mbakku juga jualan baju n kerudung, dan nggak online. Laris manisnya pas lebaran aja. Model juga up to date terus. Bener memang modal mau nggak mau nambah. Kecuali, kecuali nih udah ada beberapa pelanggan mungkin dari kita dropship.
Btw, apapun pilihannya, sukses ya Mbak