Awal Agustus lalu, aku seperti mendapat angin segar. Akhirnya, di Grobogan ada pelatihan menulis untuk guru yang didukung penuh oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan. Walaupun biayanya senilai gajiku sebulan, malah tombok lima puluh ribu, hihi, kubulatkan tekad untuk izin dua hari tidak mengajar.
suasana pelatihan |
Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari dan diikuti hampir dua ratus guru. Bahkan beberapa peserta datang dari luar Kabupaten Grobogan. Luar biasa semangat guru-guru ini.
Bertempat di Hotel Kyriad Grand Master Purwodadi, apa yang kudapatkan dari pelatihan menulis sagu sabu (satu guru satu buku) ini?
1. Guru berprestasi itu harus punya buku. Apapun genre bukunya asal menggunakan nama asli sesuai KTP dan ber-ISBN. Tentu ini konteksnya untuk guru PNS. Saat ini aku memang masih guru honorer. Paling tidak, setelah ikut pelatihan ini aku sudah punya modal pengetahuan dulu. Siapa tahu rezekiku? Eh, diangkat jadi PNS dan suatu hari jadi guru berprestasi. Akan tetapi, poin penting saat ini adalah aku harus punya buku solo dulu. Perkara jadi PNS atau tidak, itu urusan Allah.
2. Buku jadi salah satu senjata ampuh bagi guru PNS untuk kenaikan pangkat. Setiap kali mengusulkan kenaikan pangkat, ada poin tertentu yang harus dilampaui seorang guru. Nah, buku ini jadi salah satu penyumbang poin tersebut.
3. Banyak guru berprestasi yang sering gagal di kancah lomba guru berprestasi nasional karena tidak punya karya, yaitu buku.
4. Sebelum mau menulis tentang apa, kenali dulu 33 jenis buku. Diantaranya: buku mata pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, kamus, ensiklopedia, buku TTS, autobiografi, biografi, memoar, novelet, novel fiksi, novel faksi, buku kumpulan puisi, buku kumpulan cerpen, buku kuliner, buku cerita rakyat, asal usul daerah, buku cerita anak, buku media pembelajaran, buku how to, komik pembelajaran, buku catatan harian, buku religi, buku sejarah, buku fotografi, kumpulan status media sosial, buku pprofil sekolah, buku tentang pendidikan inklusi, buku sekolah vokasi, buku saduran, buku kumpulan soal, buku saku, buku parenting, kumpulan opini, dan buku politik.
5. Buatlah mind mapping dari buku yang akan kita tulis agar lebih terarah.
6. Menulislah. Pokoknya tulis saja, jangan mikir salah dulu. Karena nanti akan ada tim editor. Saat proses menulis ini, saranku, modali diri dengan pengetahuan EBI walau sangat minim.
7. Setelah selesai menulis, baca ulang, lakukan editing semaksimal mungkin.
8. Sebelum mengirim ke penerbit, lengkapi naskah buku kita dengan beberapa poin di bawah ini dan jangan lupa digabung dalam satu file
1. Guru berprestasi itu harus punya buku. Apapun genre bukunya asal menggunakan nama asli sesuai KTP dan ber-ISBN. Tentu ini konteksnya untuk guru PNS. Saat ini aku memang masih guru honorer. Paling tidak, setelah ikut pelatihan ini aku sudah punya modal pengetahuan dulu. Siapa tahu rezekiku? Eh, diangkat jadi PNS dan suatu hari jadi guru berprestasi. Akan tetapi, poin penting saat ini adalah aku harus punya buku solo dulu. Perkara jadi PNS atau tidak, itu urusan Allah.
2. Buku jadi salah satu senjata ampuh bagi guru PNS untuk kenaikan pangkat. Setiap kali mengusulkan kenaikan pangkat, ada poin tertentu yang harus dilampaui seorang guru. Nah, buku ini jadi salah satu penyumbang poin tersebut.
3. Banyak guru berprestasi yang sering gagal di kancah lomba guru berprestasi nasional karena tidak punya karya, yaitu buku.
4. Sebelum mau menulis tentang apa, kenali dulu 33 jenis buku. Diantaranya: buku mata pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, kamus, ensiklopedia, buku TTS, autobiografi, biografi, memoar, novelet, novel fiksi, novel faksi, buku kumpulan puisi, buku kumpulan cerpen, buku kuliner, buku cerita rakyat, asal usul daerah, buku cerita anak, buku media pembelajaran, buku how to, komik pembelajaran, buku catatan harian, buku religi, buku sejarah, buku fotografi, kumpulan status media sosial, buku pprofil sekolah, buku tentang pendidikan inklusi, buku sekolah vokasi, buku saduran, buku kumpulan soal, buku saku, buku parenting, kumpulan opini, dan buku politik.
5. Buatlah mind mapping dari buku yang akan kita tulis agar lebih terarah.
6. Menulislah. Pokoknya tulis saja, jangan mikir salah dulu. Karena nanti akan ada tim editor. Saat proses menulis ini, saranku, modali diri dengan pengetahuan EBI walau sangat minim.
7. Setelah selesai menulis, baca ulang, lakukan editing semaksimal mungkin.
8. Sebelum mengirim ke penerbit, lengkapi naskah buku kita dengan beberapa poin di bawah ini dan jangan lupa digabung dalam satu file
- Halaman judul
- Sekapur sirih/prakata
- Kata pengantar(optional)
- Daftar isi
- Isi buku
- Daftar pustaka (optional)
- Profil penulis )berbetuk narasi/paragraf dan disertai foto)
- Sinopsis
10. Promosikan bukumu sendiri. Baik itu ke sesama guru penulis, teman sejawat, keluarga, wali murid, atau bisa disumbangkan ke almamater.
Dari sembilan hal di atas, alhamdulillah sudah kupahami selama ini. Poin terpenting dari pelatihan sagu sabu ini adalah soal niat, tekad yang kuat, dan konsistensi dalam menulis buku.
Jujur, godaan saat mau memulai itu begitu dahsyat. Inilah tantangan yang harus dilewati. Karena untuk naik tingkat sebagai guru penulis kita harus benar-benar siap.
Nah, kalau di daerahmu ada pelatihan serupa, jangan ragu untuk ikutan! Pastikan kamu mendapat pengetahuan, pengalaman, dan teman baru.
Yuk, guru-guru di Indonesia, kita menulis! Aku juga sedang berjuang nih menyelesaikan buku soloku. Biar nggak terasa berat, yuk, berjuang bersama-sama!
Mbak ika, ibuku juga ikut ini! Aku juga ikut tapi yg mediaguru writing camp. Sampe sekarang blm ikut nerbitin buku sih, karena satu dan alasan lainnya :')
BalasHapusSemoga mbak ika semangat ya bisa nelurin buku. InsyaAllah jd kebahagiaan sendiri mbak bisa nerbitin buku 🤗
semangat Mbak.
BalasHapusitu setiap guru harus punya karya (buku) dengan gendre apa sajakah?
Novel juga masuk hitungankah? kan butuh kerja keras juga tuh buatnya :)
Sepamahamanku ikut acara ini ya bebas, Mbak, genrenya. Asal pakai nama sendiri dan buku berISBN. Beda lagi kalau jenisnya artikel yg terbut di koran atau media massa harus sesuai bidangnya. Misal guru IPA ya nulis tentang IPA.
HapusIbu guru kece, selalu semangat buat update pengetahuan. Salut mbk. Sukses ya bu guru, dan makasih share ilmu kecenya. Aku sampek in ya buat tmn2ku yg guru
BalasHapusKeren Diyanika, semangaaaat... semoga sukses program satu buku satu guru ya. Dan terwujud juga impianmu mengabdi sebagai guru yang berstatus PNS
BalasHapusKeren yah kegiatannya
BalasHapusThis is a great event! Satu Guru Satu Buku ya mba.. ayooo semangat dan telurkan karya-karya yang bermanfaat
BalasHapusBaru tau saya kalo seorang guru harus punya buku. Semoga sukses dengan bukunya ya mbak Diyan!
BalasHapuseren nih mba adapelatihan menulis untuk guru, pastinya guru-guru akan semakin keren kalau punya buku sendiri yang diterbitkan ya
BalasHapusOhh gitu ya mba, bikin buku kira-kira berapa lama ya
BalasHapuswahhh adikku 2 orang yang jadi guru nih (PNS) dan 1 masih belum (insyaallah dia lulus tes CPNS nanti, amiin). Mereka harus tahu nih bahwa salah satu senjata ampuh untuk kenaikan pangkat mereka adalah menerbitkan buku :)
BalasHapusSemoga segera terbit buku mu.. mula2 satu..lalu tambah-tambah semakin banyak. Aamiin..
BalasHapusMantap nih. Guru-guru memang harus pandai menulis dan rajin baca buku supaya mengajarnya lebih berisi.
BalasHapusWah aku baru tahu kalau setiap guru sebaiknya pernah menerbitkan satu buku. Lalu kalau guru guru yang di daerah terpencil atau pedalaman bagaimana mbak? Mereka juga bisa jadi PNS kan ya?
BalasHapusYess...semangat Mbak Ika. Semoga buku solonya segera terbit ya..
BalasHapusBTW saya baru tau, kalau guru harus punya buku untuk kenaikan pangkat, hehehe
Guru2 sekarang tuh harus tambah melek dan bikin inovasi baru. Zaman aku masih sekolah, gaya ngajar guruku msh byk yg lama. Ya maklum karena mereka sepuh. Nah ini guru2 muda ayo semangat!
BalasHapusMAsya Allah selalu kagum dengan guru yang berminat menulis .. Sagu Sabu ini bagus sekali. Semoga semakin banyak guru yang mau ikut dalam program ini supaya bisa makinnambah wawasannya dan menularkan ke anak didik
BalasHapuskumpulan status di media sosial bisa jadi buku juga ya? Hmm, kayaknya mulai pilah-pilih status nih supaya bisa punya buku solo.
BalasHapusSalut bu guru :). Iparku ada yang jadi guru di Purwokerto. Semoga makin banyak guru yang terinspirasi untuk menulis ya dan tentunya butuh dukungan banyak pihak
BalasHapusNah kalau gurunya rajin menulis & punya buku muridnya juga bisa bangga. Menulislah. Pokoknya tulis saja, jangan mikir salah dulu aku suka banget poin ini mbak, kadang aku gak pede kalau menulis soalnya
BalasHapusDulu di Palangkaraya saya diajak melakukan ini. Alhamdulillah ada satu buku dan disimpan di perpus sana.
BalasHapusKayaknya, untuk yang satu ini, you nailed it, lah Mbak..hehe.. Do'aku, semoga njenengan segera jadi PNS, dan makin melebarkan sayap manfaat. aamiin YRA.
BalasHapusDukung, mba Diyanika untuk menulis buku.
BalasHapusIn syaa Allah keberkahannya meluas, ilmunya menjadi jariyyah untuk ummat.
Keren banget mbak. Semoga banyak guru yang kayak gini
BalasHapuswahhhhh semangat buat buku mbakkk.. mana tau rejeki jadi guru berprestasi.. hihi aamiin.. aku baru punya 1 karya.. itupun antologi.. hehe . pengen juga ya punya karya tunggal :D
BalasHapusAku juga mau menularkan kecintaan menulis ke generasi muda.
BalasHapusTapi masih menulis untuk di dunia maya sih.
Bahwa menulis juga bisa dijadikan karir.
Mendadak, jadi ingat quote femes itu: "Love what you do and do what you love!"
ya aku juga pernah diinfoin spupuku kalau Guru bikin buku dan ber-ISBN itu bisa naik pangkat, dan menurutku memang guru di Indonesia itu harus bikin buku sendiri .
BalasHapusSepakat Mbak, sekarang ada istilah satu buku satu guru kan ya? Saya baru tahu uuntuk kenaikan pangkat harus punya minimal satu buku.mantaplah
BalasHapus