Aku dan abi memiliki perbedaan usia sekitar sepuluh tahun. Setelah ada Kak Ghifa, barulah aku sadar ternyata pilihanku menikah dengan abi memiliki banyak resiko. Salah satunya adalah nasib anakku nanti. Bukan aku menyepelekan rezeki dari Allah atau aku tidak percaya akan rezeki anakku. Tidak ada salahnya bukan kalau aku mawas diri sejak dini?
via Depositephotos |
Kubayangkan, saat anakku masuk kuliah, kira-kira lima belas tahun yang akan datang, berarti suamiku sudah berusia lebih dari lima puluh tahun. Dalam usia segitu, tentu suamiku tidak lagi se-produktif sekarang. Bagaimana kalau aku menuruti nasihat seorang teman yang mengatakan demikian?
Aku nggak ada tabungan sama sekali untuk pendidikan anak-anakku. Percaya saja nanti ada rezeki anak yang diberikan sama Allah.
Aku percaya betul akan ada rezeki Allah. Akan tetapi, terselip rasa ragu kalau aku juga memiliki prinsip seperti di atas. Keadaan keluarganya jelas berbeda dengan keluarga kecilku.
Apalagi aku pernah menyaksikan sendiri bagaimana kedua orangtuaku berjuang mati-matian mencari dana pendidikan untukku. Dari situlah aku belajar bahwa memiliki rencana sejak dini itu lebih baik dibandingkan suatu hari berhutang atau menjual harta satu-satunya yang kumiliki.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, aku dan abi membuka tabungan berencana untuk pendidikan Kak Ghifa dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan. Tabungan ini sudah berjalan satu tahun terakhir. Perhitungannya sebagai berikut.
Misal, per bulan 200 ribu
Satu tahun berarti 200 ribu x 12 bulan= 2.400.000 dengan bunga per tahun kisaran 4%
Sepuluh tahun kurang lebih jadi 25.000.000
Lumayan, bukan?
Kami sadar penghasilan kami belum seberapa. Karena sudah tekad, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, ya bismillah. Aku dan abi berjuang sangat keras. Berusaha hidup lebih irit lagi.
Kami sepakat fee menulisku harus masuk ke tabungan berencana ini. Akan tetapi, jasa menulisku kan tidak selalu lancar. Terkadang fee menulis baru cair sebulan kemudian. Nah, kupilih tabungan berencana dengan potongan otomatis. Misalnya, bulan lalu aku tidak ada fee menulis, otomatis tidak ada yang dipotong, bulan ini kalau ada fee yang cair bisa dipotong double. Pokoknya kalau ada fee menulis yang cair, aku langsung tujukan ke tabungan berencana ini. Sisanya bisa kupakai untuk membeli buku atau untuk kepentingan lainnya.
Awalnya memang ragu, ah, apakah bisa mengalokasikan uang untuk tabungan berencana ini? Ternyata bisa. Semua memang harus berawal dengan niat, disiplin dan harus konsisten.
Awalnya memang ragu, ah, apakah bisa mengalokasikan uang untuk tabungan berencana ini? Ternyata bisa. Semua memang harus berawal dengan niat, disiplin dan harus konsisten.
Foto bersama dengan Presdir MAMI |
Sudah tenang ada tabungan berencana, eh, waktu ikut Kopdar Investarian bersama Reksa Dana Manulife (30/10/2018), Pak Legowo Kusumonugroho, Presdir dari Manulife Asset Management (MAMI), membuatku sadar ternyata memiliki tabungan berencana saja belum cukup untuk membuat masa depanku tenang.
Bertempat di kantor PT. Asuransi Jiwa Manulife yang beralamatkan di Jalan Pandanaran nomor 16, Randusari, Semarang ini, Pak Legowo mengibaratkan kondisi keuangan kita saat ini dan dua puluh tahun yang lalu. Dua puluh tahun yang lalu, harga ayam goreng sekitar 2.500. Sekarang? Harga ayam goreng bisa mencapai 25.000.
Aku tertegun, iya juga ya? Itu baru ayam goreng, bagaimana dengan inflasi pendidikan yang setiap tahun mencapai 15% dan kesehatan sebesar 18%? Benar adanya kalau banyak yang bilang inflasi itu adalah perampok yang kejam dan kita tak sadar akan hal itu.
Kemudian aku mikir tentang tabungan berencana yang kumiliki. Saat ini uang 25.000.000 tentu masih terhitung banyak. Bagaimana dengan lima belas tahun yang akan datang? Apakah masih cukup saat uang itu kujadikan uang pangkal Kak Ghifa masuk kuliah? Atau malah tergerus dengan inflasi?
Bagan di atas menggambarkan posisi tabungan kita yang dirampok oleh inflasi. Paling kiri, ibaratkan itu adalah tabungan kita di celengan. Bagan tengah, ibaratkan itu tabungan kita berupa deposito atau tabungan berencana. Paling kanan, itu gambaran tabungan kita berupa investasi Reksa Dana.
Agar kamu juga tambah paham, kuscreenshootkan slide yang ditampilkan Pak Legowo berikut ini.
Aku melongo melihat tabel tersebut. Jawaban atas tabungan berencanaku jelas terjawab dari tabel di atas. Dua puluh lima juta rupiah di sepuluh tahun yang akan datang jelas tidak bisa kujadikan uang pangkal untuk kuliah Kak Ghifa nanti. Nilai uang itu dirampok oleh inflasi selama sepuluh tahun ke depan.
Kemudian, bagaimana?
Kalau mau tabungan kita berkembang dan tidak kalah dengan inflasi, salah satu caranya dengan menginvestasikan uang kita dalam bentuk Reksa Dana Manulife. Salah satu dari tujuh jenis investasi Reksa Dana Manulife ini, sebut saja Reksa Dana Pasar Uang, bahkan bisa dimulai dari uang 10.000. Punya kan ya kalau uang segitu?
Ada beberapa kelebihan investasi Reksa Dana yang bisa kita perhitungkan, diantaranya:
Aku jadi ingat tiga tahun lalu punya rekening investasi Reksa Dana Manulife ini. Setelah mendengar sharing Pak Legowo, aku jadi ingin me-reaktifkan nomor rekeningku dan mengalihkan tabungan berencana Kak Ghifa ke investasi Reksa Dana. Orangtua mana sih yang tak ingin anaknya memiliki pendidikan yang tinggi? Semoga rezeki Kak Ghifa bisa sekolah tinggi. Aamiin.
Aku begitu yakin dengan MAMI, karena sudah sembilan belas tahun beroperasi di Indonesia. Dalam empat tahun terakhir juga sudah menggondol tiga puluh lima penghargaan. Apalagi dana yang dikelola saat ini mencapai enam puluh tujuh triliun. Itu uang semua lho ya, bukan daun.
Kalau kamu mau ikut investasi Reksa Dana Manulife, siapkan saja data diri, nomor rekening bank dan juga KTP. Agar lebih jelas, kamu juga bisa tanya-tanya langsung ke https://www.klikmami.com dan live chat bersama LANI. Santai, pelayanan MAMI ini tujuh hari non stop, mulai pukul 08.00 - 22.00 WIB. Mau pelayanan yang cepat juga bisa tanya-tanya lewat email di bawah ini ya.
Postingan ini insya Allah akan ada lanjutannya lagi. Akan kuceritakan juga bagaimana proses reaktifnya nomor rekening Reksa Dana Manulife-ku, nanti.
Nah, kira-kira, kamu tertarik tidak dengan investasi Reksa Dana ini? Jangan-jangan kamu malah sudah jadi investariannya sejak lama? Atau mau bertahan dengan investasi emas, tabungan berencana, properti, atau saham?
Bertempat di kantor PT. Asuransi Jiwa Manulife yang beralamatkan di Jalan Pandanaran nomor 16, Randusari, Semarang ini, Pak Legowo mengibaratkan kondisi keuangan kita saat ini dan dua puluh tahun yang lalu. Dua puluh tahun yang lalu, harga ayam goreng sekitar 2.500. Sekarang? Harga ayam goreng bisa mencapai 25.000.
Ini gambaran inflasi pada ayam goreng. Artinya setiap tahun, inflasi ayam goreng sebesar 40% |
Aku tertegun, iya juga ya? Itu baru ayam goreng, bagaimana dengan inflasi pendidikan yang setiap tahun mencapai 15% dan kesehatan sebesar 18%? Benar adanya kalau banyak yang bilang inflasi itu adalah perampok yang kejam dan kita tak sadar akan hal itu.
Kemudian aku mikir tentang tabungan berencana yang kumiliki. Saat ini uang 25.000.000 tentu masih terhitung banyak. Bagaimana dengan lima belas tahun yang akan datang? Apakah masih cukup saat uang itu kujadikan uang pangkal Kak Ghifa masuk kuliah? Atau malah tergerus dengan inflasi?
Kira-kira, tabungan Anda ada di bagan yang mana? tanya Pak Legowo
Bagan di atas menggambarkan posisi tabungan kita yang dirampok oleh inflasi. Paling kiri, ibaratkan itu adalah tabungan kita di celengan. Bagan tengah, ibaratkan itu tabungan kita berupa deposito atau tabungan berencana. Paling kanan, itu gambaran tabungan kita berupa investasi Reksa Dana.
Agar kamu juga tambah paham, kuscreenshootkan slide yang ditampilkan Pak Legowo berikut ini.
Inflasi harga daging saat ini dan tabungan kita |
Aku melongo melihat tabel tersebut. Jawaban atas tabungan berencanaku jelas terjawab dari tabel di atas. Dua puluh lima juta rupiah di sepuluh tahun yang akan datang jelas tidak bisa kujadikan uang pangkal untuk kuliah Kak Ghifa nanti. Nilai uang itu dirampok oleh inflasi selama sepuluh tahun ke depan.
Kemudian, bagaimana?
Kalau mau tabungan kita berkembang dan tidak kalah dengan inflasi, salah satu caranya dengan menginvestasikan uang kita dalam bentuk Reksa Dana Manulife. Salah satu dari tujuh jenis investasi Reksa Dana Manulife ini, sebut saja Reksa Dana Pasar Uang, bahkan bisa dimulai dari uang 10.000. Punya kan ya kalau uang segitu?
Ada beberapa kelebihan investasi Reksa Dana yang bisa kita perhitungkan, diantaranya:
- Naik turunnya stabil
- Tidak ada pajak
- Banyak pilihan
- Aman
- Bisa beli dan dicairkan kapan saja
- Jangka waktu investasi beragam, pendek, menengah, panjang juga ada
Aku jadi ingat tiga tahun lalu punya rekening investasi Reksa Dana Manulife ini. Setelah mendengar sharing Pak Legowo, aku jadi ingin me-reaktifkan nomor rekeningku dan mengalihkan tabungan berencana Kak Ghifa ke investasi Reksa Dana. Orangtua mana sih yang tak ingin anaknya memiliki pendidikan yang tinggi? Semoga rezeki Kak Ghifa bisa sekolah tinggi. Aamiin.
Aku begitu yakin dengan MAMI, karena sudah sembilan belas tahun beroperasi di Indonesia. Dalam empat tahun terakhir juga sudah menggondol tiga puluh lima penghargaan. Apalagi dana yang dikelola saat ini mencapai enam puluh tujuh triliun. Itu uang semua lho ya, bukan daun.
Kalau kamu mau ikut investasi Reksa Dana Manulife, siapkan saja data diri, nomor rekening bank dan juga KTP. Agar lebih jelas, kamu juga bisa tanya-tanya langsung ke https://www.klikmami.com dan live chat bersama LANI. Santai, pelayanan MAMI ini tujuh hari non stop, mulai pukul 08.00 - 22.00 WIB. Mau pelayanan yang cepat juga bisa tanya-tanya lewat email di bawah ini ya.
Postingan ini insya Allah akan ada lanjutannya lagi. Akan kuceritakan juga bagaimana proses reaktifnya nomor rekening Reksa Dana Manulife-ku, nanti.
Nah, kira-kira, kamu tertarik tidak dengan investasi Reksa Dana ini? Jangan-jangan kamu malah sudah jadi investariannya sejak lama? Atau mau bertahan dengan investasi emas, tabungan berencana, properti, atau saham?
sejauh ini aku main di emas dek,tapi mendengar penjelasan pak Legowo kok ya agak gimana gitu ya... hahaha.. coba deh buat ke reksa dana. biar tau lebih enak mana gitu.
BalasHapusSelalu deg2an kalo ngomongin finansial. Semoga bisa rapi sebelum menikah. Jadi waktu menikah udah ada gambaran hehe
BalasHapusKita sama persis mba. Awalnya aku juga mengandalkan tabungan berencana saja. Pas ikut event Manulife baru deh sadar kalau itu kurang banget. Akhirnya daftar MAMI dan mulai berusaha rutin ngisi, semoga besok cukup buat pendidikan anak2 :)
BalasHapusKonsisten nabung yang masih belum lancar nih mba Diyanika, hahaha maklum lah ya masih berdua masih sering shoping, karena belum ada momongan. Jajan juga aku masih jor-joran, semoga dengan ikutan acara beginian makin melek nabung dan inves.
BalasHapusnah aku juga penasaran sama reksadana, sayangnya aku belum pernah diundang untuk event semacam ini hihihih. Selama ini aku belum mengerti sama sekali. Terima kasih mbak, sudah memberiku gambaran...
BalasHapusBetul banget rezeki memang ada yang mengatur tapi setidaknya kalau punya proteksi sejak dini jadi lebih nyaman ya
BalasHapusSetuju sama mba Lidya.
BalasHapusRezeki memang misteri Illahi tapi tentu saja untuk urusan dunia kita biasanya lebih tahu apa yang terbaik buat kehidupan kita.
Asal tentu saja masih dalam syariat agama ya.
Aku pribadi ikut asuransi unit link sejak 2010. Proteksi sekaligus investasi.
wah baru tau kalau tabungan berencana aja nggak bakalan cukup. mkasih infonya mbak
BalasHapusAku awalnya termasuk yang cuek masalah dana pendidikan buat anak. Tapi sekarang sepertinya mulai melirik ke reksa dana. Banyak temen yang merekomendasikannya :)
BalasHapusHarus dimulai dari sekarang ya mbak..aku pun akan memulainya.
BalasHapusBener mbak, rezeki memang pasti ada, tp klo kita jg gak usaha buat mendapatkan rezeki itu. Gak mungkin dia datang begitu aja.
BalasHapusAku jg sekarang lg memikirkan bagaimana nanti masa depanku, cukup gak buat tabungan masa tua hehehe.
Perencanaan keuangan itu penting banget.
Halo mba. Aku dari dulu berencana untuk mencoba Reksadana tapi belum terwujud. Doakan bisa ya. Iya tuh inflansi semakin tinggi ya nilainya setiap tahun
BalasHapusAku dulu jg pernah dijodohin dgn lelaki yg usianya 11 tahun lebih tua, dan aku gak mau karena udah mikir begitu juga wkwk... Nanti anak lahir, bapaknya udah tua. Tapi soal rezeki sih sebenarnya rahasia Allah ya
BalasHapusAh iya..aku sudah lama tertarik tp blm teralisasi juga... TFS Ika, mengingatkanku untuk segera merealisasikan niat ini..
BalasHapusBagus nih, tambahan informasi masa depan
BalasHapusBetul Bu. Untuk urusan pendidikan, mesti ada anggaran khusus. Selain itu, insyaa Allah masih bisa disiasati meski nggak pakai persiapan. Sebab sekolah itu penting supaya bisa bertahan hidup. Orang yang nggak punya uang tapi punya ilmu, masih bisa survive karena dia akan gunakan otaknya untuk bekerja, mendapatkan uang, dan melanjutkan hidupnya.
BalasHapusNah ini yang bikin takut punya banyak anak, karna biaya pendidikan makin meroket harus makun semangat nabung nih
BalasHapusKonsisten nabung nih yang masih susah tuk aku lakuin mbak..padahal kalo liat biaya pendidikan anak yg tiap tahun naik duhh rasanya bikin pening kepala yaa..
BalasHapusaku punya anak telat mba, dan kalau anakku kuliah nanti, usiaku sudah 50 tahun lebh, huhuuhu mesti mempertimbangkan untuk investasi nih, makasih infonya yaaa
BalasHapusAku kemarin mikir2 tentang tabungan berjangka. Belum mikir pendidikan anak sih, tp ya kudu tetap nabung secara konsisten
BalasHapusAku mengikutkan tabungan pendidikan anak2 dan nyata alhamdulillah ngebantu banget pas anak2 pada masuk kuliah
BalasHapusAlhamdulillah, bunda sudah gak mikirin tentang tabungan lg. Anak- anak bunda sudah mapan semua. Tinggal mereka yg hrs memikirkan tabungan hari depan utk anak-anak mereka. Alhamdulillah, mereka juga sudah mantap mereka sudah memilihkan tabungan pendidikan utk cucu-cucu bunda.
BalasHapusSaya memilih tabungan berjangka untuk tabungan pendididkan anakku yang didebet otomatis dari tabunganku. Selama ini masih bertahan dengan pilihan ini, gak tahu kalo anakku udah masuk SMP, apakah mau ganti cara lain atau tetap bertahan dengan cara ini
BalasHapusWah iya ya inflasi itu mengerikan. Aku belum punya reksadana. Apa ada yang syariahnya ya reksa dana ini?
BalasHapusAku belum punya rekening reksa dana nih Ika. Sepertinya memang perlu dipikirkan ya soal inflasi ini. Berasa udah nabung, eh tapi bener juga ya ntar pas anak2 kuliah berapa mahalnya biaya pendidikan mereka.
BalasHapusAntara hitungan Allah dan hitungan manusia sulit untuk disatukan yaa, mba...
BalasHapusAku baru saja di telp mertua dan diberi wejangan begini dan begitu mengenai sekolah anak.
Jadi bagi keluarga mertua, rejeki itu akan terus mengalir selama kita jihad di jalan Allah.
In syaa Allah...
Wallahu 'alam bishowab.
Aku coba investasinya di emas mbak sekarang. Pengen nyoba jg reksadana
BalasHapusaku sama kayak Mak Irul, pengen nyoba reksadana juga, tapi sampai saat ini baru punya simpanan emas aja. Belum banyak juga sih..tapi lumayan buat jaga-jaga.
BalasHapusSuami sudah punya asuransi. kalau saya masih nabung emas antam. Masih cari2 info lain ttg investasi. At least biar ga boros.
BalasHapusAku lagi mempelajari reksa dana, karna selama ini hanya menabung biasa, belum invest, hanya di emas aja.
BalasHapusMakasih sharingnya ya mba.