Sebulan terakhir ini, kesibukanku berubah drastis. Kadang aku berpikir rencana Allah itu unik, ya.
Kenapa?
Aku diijabah pindah sekolah yang lebih dekat ternyata ada maksudNya. Salah satu maksud itu adalah diberi kenikmatan merawat ibuku yang sakit Spondylosis atau degenerasi tulang belakang. Tulangnya bengkok.
Ibuku tidak bisa banyak bergerak. Karena saat tubuhnya terkena guncangan sedikit saja, maka meringis kesakitanlah ibuku.
Keadaan itu memaksaku untuk mau tidak mau pontang-panting mengurus rumah sendiri (tanpa ibu). Di lain sisi aku juga dituntut tetap profesional di sekolah.
"Seberat apapun masalahmu di rumah, kamu harus tetap tersenyum di depan anak-anak. Pun kerjaan di sekolah beres."
Resiko. Telanjur nyemplung pekerjaan kedinasan, ya, basah-basah deh.
Hidup dibikin hepi saja ya, Gaes! |
Yes, mereka tak mau tahu kesibukan lain kita apa, maunya kita perfect saat bekerja. Jelas, aku sering merasa, kok, gini amat, ya? Tapi, mau bagaimana lagi?
Lelah fisik, batin juga iya.
Lelah fisik, batin juga iya.
Kalau sudah begitu, kepada siapa lagi merajuk? Allah.
"Izinkan aku ikhlas menjalani semua ini."
Tetap Bersyukur Walaupun Badan Loyo
Sebelum ibuku sakit, rutinitas harianku sudah biasa kumulai pukul 03.00 WIB. Kalau dulu, pertama yang kulakukan adalah salat malam kemudian menulis untuk blogku ini. Sekarang, ganti. Setelah salat langsung megang pekerjaan dapur seraya mencuci pakaian.
Baca juga: KALAU BISA TIDUR LEBIH AWAL DAN BANGUN LEBIH PAGI, KENAPA HARUS BEGADANG?
Tepat pukul 05.00 WIB, alhamdulillah biasanya pekerjaan selesai semua. Kemudian menyiapkan sarapan, air hangat untuk mandi ibu dan anakku, Kak Ghifa. Pukul 06.30 WIB aku sudah harus meluncur ke sekolah.
Terserah masalahmu apa, kalau sudah di depan anak-anak kudu pasang muka hepi. |
Tidak selalu mulus. Pagi hariku seringkali penuh dengan drama seperti ibu-ibu lainnya. Anak rewel tidak mau bangun, gas habis, mati listrik, baju lupa belum disetrika padahal sudah jatah berangkat, uang saku Kak Ghifa ketinggalan, dan masih banyak lagi kehebohan di pagi hari.
Duh duh duh, kepalaku seakan berasap.
Belum lagi kalau ngomongin tentang jadwal terapi ibu. Aku sampai kumat-kamit, 'Kuatkan aku, Ya Allah. Sehat, sehat, sehat.'
Dalam seminggu, Ibu memiliki tiga jadwal ke rumah sakit. Ketemu dokter saraf, menjalani fisioterapi, dan ketemu dokter fisioterapi sekaligus fisioterapi. Kenapa kok nggak dijadikan satu? Padahal ke rumah sakit perjalanannya sudah memakan waktu satu jam?
Jawabannya karena kami pengguna BPJS, yang tidak bisa ketemu dua dokter sekaligus dalam satu hari.
Tapi, Allah Maha Baik.
Melihat aku sering pakai seragam sekolah, lengkap dengan emblem yang masih menempel, sekaligus muka kucel (plus bau keringat tak sedap), terapis di Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen pun berbaik hati mengatur jadwal ibu ke rumah sakit menjadi dua kali dalam seminggu.
Saat ibu sedang diterapi |
Alhamdulillah. Rezeki anak tunggal ini. Hihihi.
Sampai sekarang, setiap kali jadwal ibu ke rumah sakit, pulang dari sekolah, tanpa ganti baju, aku langsung cus. Takut kena macet panjang.
Naluri bapak pun muncul. Beliau berinisiatif membongkar jok belakang dan menyiapkan kasur lipat untukku dan Kak Ghifa. Jadi, selama perjalanan, aku bisa menutup mata sejenak sembari ngeloni Kak Ghifa yang tidak bisa tidur kalau bukan ketekku yang nempel di hidungnya.
Ya Allah, terima kasih. Ini sungguh nikmat. Nikmaaaat banget. Nikmat lagi minggu kemarin.
Tanggal 18 dan 19 Oktober, alhamdulillah, sekolahku melaksanakan akreditasi. Tahu sendiri kan ya kalau pas nemu momen akreditasi tuh seperti apa. Sebulan sebelum pelaksanaan sudah lembur terus. Jatah pulang pukul 13.00, eh, blabas jadi pukul 15.00 WIB. Bahkan seminggu sebelum hari H, aku pulang sampai maghrib.
Kelar akreditasinya, alhamdulillah 😁 |
Di sinilah sifat ndablek alias masa bodohku keluar. Saat jadwal terapi atau bertemu dokter ibuku tiba, aku tidak peduli celoteh teman sejawatku. Jatahnya berangkat ke rumah sakit, aku ya pulang, kemudian cus ke rumah sakit. Nggak peduli lagi omongan miring mereka.
Namanya manusia, sebenarnya aku ada rasa pekewuh (nggak enak). Tapi, aku juga harus berjuang untuk ibuku. Persetan dengan kata profesionalitas. Otakku saat itu penuh dengan kalimat, "Ibuku harus sehat, ibuku harus sehat, tidak peduli lelahnya kakiku melangkah ke sana-sini mengurus ini dan itu, tebus obat dengan antrean panjang, daftar ulang untuk pemeriksaan minggu depan, aaahhhhhh...
Tapi, kata Mbak Echa si pemilik blog echaimutenan.com, "Kamu dan keluarga bisa melewati ini. Memang terasa melelahkan karena baru adaptasi dengan rutinitas baru. Aku sudah bolak-balik terapi seperti ibu selama lima tahun."
Plak.
Ini tamparan.
Aku harus banyak bersyukur. Yang aku alami ini mah tidak ada apa-apanya dengan apa yang dilewati Mbak Echa dan keluarganya.
Aku loyo dan lelah menjalani semua ini, tapi keluarga Mbak Echa pasti lebih dari apa yang aku alami.
Cara Efektif yang Sering Kulakukan Untuk Mengusir Loyo
Tidak mungkin kalau aku menge-pause hari-hariku untuk sementara waktu.
"Aku loyo ya, Allah, boleh nggak berhenti sejenak?"
Hahaha. Blaik. Mati suri dong aku? Amit-amit!
Jujur nih, empat tahun jadi emak-emak, aku semakin sadar kalau hal sepele pun bisa bikin hati hepi bin loyo kabur. Nggak haruslah pergi nge-mall untuk mengusir loyo. Karena aku punya cara tersendiri untuk mengusir loyo. Apa saja itu?
1. Menulis
Aku tidak tahu semenjak kapan menulis menjadi salah satu terapi untuk diriku. Kusadari makin ke sini kalau sehari saja tidak menulis, rasanya otakku penuh banget. Kalau tidak tersalurkan seperti mau berasap kemudian meledak.
Entah perasaan apa ini?
Oleh karena itu, aku pasang aplikasi Google Keep di HPku. Pokoknya sehari kudu menulis, walaupun itu hanya judul dan draft kasar tulisan. Entah kapan eksekusinya, yang penting kucatat dulu.
Alhamdulillah, setelah satu sampai dua paragraf tersusun, rasanya tuh plong banget. Otak pun rasanya nggak penuh lagi. Pundak yang awalnya kenceng banget malah berangsur mengendor.
2. Tidur yang cukup
Kalau baca perjalanan hidup orang-orang sukses, misal almarhum BJ. Habibie, beliau hanya tidur 4 jam dalam sehari. Kok bisa, ya? Kemudian kalau membaca hadist berikut ini.
Apa tanggapanmu?
Nabi tidur hanya di sebagian malam lho, ya.
Kalau aku sendiri lebih mengartikan ke arah kualitas tidur. Percuma kalau tidur selama 8 jam, tapi sering kebangun nggak jelas. Toh, apa iya, hidup di dunia yang sementara ini mau dihabiskan untuk tidur saja?
Makanya, aku membiasakan diri kalau lagi tidak ada DL tulisan, pada pukul 21.00 WIB sudah mulai masuk kamar. Bangun pukul 03.00 WIB. Itu pun sudah terasa sangat cukup.
Kalau pas lembur, pukul 03.00 baru tidur, siang harus tidur. Bahkan sehari-hari aku selalu mengusahakan untuk tidur siang bersama Kak Ghifa.
3. Memasak dan makan teratur
Soal makan, alhamdulillah aku selalu teratur. Jeleknya, kalau pas lagi banyaaaaak banget kerjaan atau pas stres, lariku ke makanan pedas. Hahaha. Diare deh kalau keblabasan.
Selain makan teratur, salah satu kegiatan yang sebenarnya bikin loyo, tapi kalau sudah kulakukan kok ada perasaan yang terangkat ke atas awan. Halah, apaan sih?
Monggo yang soto yang soto |
Lelah pas bikin nastar, teronati saat mertua hepi |
Iya, memasak itu melelahkan, bukan? Akan tetapi, itu bisa membuatku tambah semangat menjalani hari-hari. Apalagi kalau anggota keluarga yang lain pada makan secara lahap. Seneng banget.
Hobiku nih kalau pas lagi motong-motong sayur atau menyiapkan bumbu, apalagi sambil ngulek, mulutku komat-kamit, ngomong sendiri, berdialog pada diri sendiri bak orang sedang curhat.
Kamu belum pernah mencoba cara ini untuk mengusir loyo? Cobain deh.
4. Pijat
Aku ini tipe orang yang kalau loyo, badan pada lebam-lebam alias gosong di beberapa titik. Dekat lutut adalah bagian tubuh yang sering banget gosong.
Bahkan, kemarin hari Selasa, tengah malam pula, aku nangis jerit-jerit karena tiba-tiba kakiku keram. Ya Allah, sakitnya minta ampun. Aku membangunkan suamiku agar memijat kaki kiriku, siapa tahu bisa enakan. Sambil dipijat suami, aku masih sambil teriak - teriak dan menangis.
Sakitnya minta ampun, Gaes!
Entah apa yang kemudian terjadi? Aku seperti orang ngigo. Setengah sadar, menangis, ya, merem, ya, kesakitan. Esoknya, saat bangun tidur kakiku masih terasa sedikit sakit. Seperti njaremi. Apa ya bahasa Indonesia-nya, seperti sakit yang tertinggal kalau pas kelar dipijit gitulah pokoknya.
Walau kaki kiri sakit, kegiatan ngurus rumah dan sekolah harus tetap jalan lah ya. Saat murid-muridku sudah pulang dan aku sendirian di kelas, eh, aku malah ingin memesan GoMassage saat itu juga. Kamu tahu tidak GoMassage itu apa?
GoMassage itu layanan pijat keluarga profesional Golife bagian dari Gojek dengan terapis yang terlatih dan tepercaya. Terapisnya ini datang ke tempat kita langsung lho. Kita tidak perlu keluar rumah, tinggal pesan lewat aplikasi Golife dengan warna ikon orange yang ada di HP kita. Tunggu sekitar 30 menit, terapis datang. Urusan pijat memijat, beres.
Nah, bagaimana pengalamanku setelah memesan GoMassage? Aku share secara lengkap berikut ini, ya.
Review GoMassage versi Aku dengan Keluhan Badan Sangat Sangat Loyo
Alasan utama aku memilih GoMassage adalah simpel. Tinggal beberapa kali klik, maka terapis akan datang ke rumah. Hari gini, siapa yang tidak suka akan kemudahan yang ditawarkan?
Berikut Review GoMassage ala aku dan kutunjukkan seberapa simpelnya memesan GoMassage.
1.Install atau update dulu aplikasi Golife yang ada di HP kita. Kalau awalnya hanya punya aplikasi Gojek, cari saja GoMassage nanti akan lari menuju halaman playstore dan diarahkan untuk meng-install aplikasi Go Life.
Mereka saja berdampingan, masa kamu nggak? |
2.Setelah Golife terinstall di HP, pilih layanan GoMassage. Pastikan di kota kamu sudah tersedia.
3.Muncul halaman awal sebagai berikut. Kalau di Semarang dan sekitarnya ada pilihan body rejuvenation, reflexology, dan beauty massage. Setiap menu kalau di klik ada berbagai macam pilihan lagi secara detail. Ada keterangan manfaat dari pijat, alat dan bahan yang digunakan untuk memijat, sekaligus keterangan bagian tubuh yang akan dipijat oleh terapis.
4.Setelah yakin mau memilih jenis pijat yang kita inginkan, pilih jenis kelamin terapis dan preferensi jenis kelamin terapis. Kalau perempuan, ya, jelas pilih yang perempuan semua. Jangan khawatir kalau sampai terapis yang datang tidak sesuai dengan jenis kelamin yang kita pesan. Karena Golife selalu mengawasi semua kegiatan di dalam aplikasi dan layanan yang ada. Pun, akan menindak tegas semua pelanggaran, termasuk pelecehan seksual sesuai hukum yang berlaku.
5.Tentukan waktu yang sekaligus ada keterangan harganya, tanggal pesan, pukul berapa terapis harus memijat, serta masukkan alamat kita lebih detail, pesan deh. Sebagai emak-emak pengiritan, jangan lupa pantengin kalau pas ada promo. Lumayan lho dapat potongan harga. Aku sering dapet nih. Oiya, jangan khawatir terapis akan kesasar mencari alamat kita. Kan ada Maps. Share lokasi dong, ah. Pengalamanku nih, ya, terapisnya canggih-canggih kok. Hihihi. Tahu-tahu sudah di depan pintu.
6.Tunggu terapis datang ke tempat kita. Mau di rumah bisa, pun di kantor. Mau sambil nonton drakor, ngedraft tulisan lomba, atau menyelesaikan bahan meeting, bisa banget.
Mudah, bukan?
Ini dia Bu Titik dengan baju GoMassage yang warna lama.Sekarang sudah ganti warna orange, ya. |
Terakhir kali pesan GoMassage, terapis favoritku adalah Bu Titik Harfiah. Beliau sudah jadi terapis GoMassage dari Golife hampir tiga tahun. Aku sempat kepoin tentang 'keprofesionalan' beliau. Ternyata memang cocoklah dengan cara memijatnya yang halus tapi ngena ke dalam (ini bahasa apa sih, hahaha). Lha wong ternyata beliau sudah terbiasa memijat di kampung selama 10 tahun lebih. Tidak diragukan lagi.
Beliau bersyukur bisa gabung dengan Gojek. Karena menurut beliau semenjak ada GoMassage ini, setiap hari ada saja orderan yang masuk. Sehari, beliau bisa memijat lebih dari lima orang. Itupun sudah beliau batasi pol mentok sampai pukul 22.00. Kalau jam operasional GoMassage secara umum sih mulai pukul 06.00 sampai 24.00 WIB.
Rasanya seneng banget kalau ada orang dipermudah mencari rezekinya sama Allah seperti Bu Titik ini. Memang benar, ya, siapa yang mau bertumbuh, maka dia harus mau bergerak sesuai dengan perkembangan zaman.
Bu Titik memijat bagian kaki, bergilir dengan kepala, tengkuk, pundak, dan tanganku sesuai dengan layanan yang kupilih saat itu, yaitu body massage & foot reflexology. Rasanya nikmat dan nyaman banget.
Sesekali aku meringis kesakitan saat bagian tubuh tertentu terasa sakit. Bu Titik menjelaskan satu persatu alasan bagian tubuhku terasa sakit dan ditunjukkan titik-titik yang bisa jadi alarm kalau tubuhku mulai loyo. Memang betul sih yang beliau sampaikan. Kalau aku kurang tidur, tengkukku rasanya kenceng banget. Saran dari beliau pun kuterima dengan senang hati.
Dipijat, ngobrol ngalor ngidul, tahu-tahu waktu selama 90 menit terlewati. Duh, rasanya kok kurang lama. Hahaha. Tapi, yang pasti, badanku lebih enteng dari sebelumnya. Terutama tengkukku, kendor. Dipakai tidur sejenak, insyaallah bangun lebih fresh.
Setelah selesai, jangan lupa berikan testimoni, ya, untuk sang terapis. Penting banget lho itu untuk karier sang terapis. Bu Titik kujadikan terapis favoritku. Karena aku sudah tahu pelayanannya seperti apa, enaaaaak banget pijitannya. Kapan-kapan kalau pesan GoMassage lagi, nama Bu Titik bisa jadi prioritas pilihanku.
Foto dulu ah sebelum pulang |
Oiya, satu hal lagi, di atas kan aku sudah jelaskan kalau Golife ini sangat melindungi kenyamanan pelanggan, baik itu terhindar dari penyalahgunaan pelayanan dan pelecehan seksual. Pun, Golife juga memberikan kemudahan kepada kita misalnya terapis yang kita pilih menimbulkan masalah. Misal, kehilangan dan kerusakan barang sampai kelebihan pembayaran.
Fitur itu bisa kita pilih di menu Riwayat Pesanan, pilih nama terapis, kemudian klik Butuh Bantuan. Di sana ada pilihan masalah apa yang terjadi. Tapi, sejauh ini aku pakai GoMassage, semua aman nyaman terkendali.
Nah, kalau kamu sudah pernah pesan GoMassage? Bagaimana menurutmu? Kalau aku sih, nagih banget dan loyo minggat!
Enak ya mba. Bikin badan seger lagi. Aku mau cobain juga tapi di sini belum ada. Hehe. Btw, semoga ibu lekas sehat lagi ya. Aamiin.
BalasHapustetap semangat ya ibu guru
BalasHapusKalau yang minta pijat cowok, apa bisa minta pemijat cowo juga?
BalasHapusWah saya juga belum pernah pakai Go Massage nih mbak, habis baca ini kayaknya mulai tertarik huehehe
BalasHapus