Semalam HP ku-charge di ruang TV. Pagi, setelah selesai masak, kunyalakan data selulernya. Ada dua panggilan dari bapak, dua panggilan dari saudara, beberapa WA dari grup, dan empat pesan WA dari teman.
Mataku melotot saat melihat pesan dari temanku.
"Mbak,Aku lagi sedihAku ketipu onlineSepedanya miko itu."
Makdeg.
Kutengok di Shopee, beginian malah hanya 600 ribuan |
Sabtu lalu, sebelum libur sekolah, pas break rapat akhir tahun, temanku ini memang cerita kalau mau membelikan sepeda semi stroller buat anaknya. Nggak tahu kenapa saat itu kok aku komentar begini,
"Pengalamanku sama Kakak, beli gituan tuh sudah mahal, kepakainya pun cuma sebentar, Mbak. Sayang uangnya. Tapi, ya monggo."
Lah, kok malah strollernya bermasalah tenan.
Dia ketipu.
Berapa? Sejuta kurang dikit. Sejuta tuh ya banyak, kan? Apalagi di masa pandemi gini.
Demi menghiburnya, kubongkar rahasiaku.
"Ramadan tahun lalu, aku kayak kamu, Mbak. Ketipu tawaran kerjasama, 3 juta melayang. Padahal saat itu aku lagi butuh uang 10 juta. Yo wis, jadi butuh uang 13 juta. Hahaha."
Dia membalas dengan emotikon tertawa.
Cerita demi cerita, dia menyembunyikan kejadian ini dari orang rumah.
"Lah, sama dong. Ibuku meninggal kemarin tuh ya nggak tahu kalau aku pernah ketipu. Apalagi bapakku. Suamiku doang yang tahu. Sampai sekarang, eh, nambah kamu ndeng. 😃" (sama kamu, pembaca blogku)
Kupikir, semoga dia sedikit terhibur. Kutahu, rasanya kena tipu tuh nano-nano. Sedih iya, jengkel iya, tapi pengen ketawa.
Ketawa?
Iya, ketawa. Sampai sekarang pun aku kalau ingat kejadian itu pengen ketawa. Ya sudah, aku pasti ketawa. Kalau pas sendirian, sepi, ya malah ketawanya kenceng banget. Kalau sudah, lega.
Hati-hati sama akun facebook ini |
Aku juga mengakui kalau aku ini bodoh sekali karena bisa kena tipu. Terlepas itu kena hipnotis via telepon atau nggak ya.
Perlu kan sesekali ngetawain diri sendiri?
Ngobrol ngalor ngidul, akhirnya aku kok nemu titik temu.
Dulu, keadaanku tuh hampir sama dengan temanku, saat kena tipu.
Ceritanya, dia mau transfer via ATM, kok kebetulan uang di ATMnya pas banget dengan jumlah harga stroller tadi. Otomatis nggak bisa. Dia mau minta tolong sama teman lainnya, eh, dia pergi. Akhirnya panas siang bolong diterjang pergi ke pangkalan mobil BRILink.
(Sebenarnya ini kan sudah diingatkan sama Allah, tapi ngoyo, memaksakan keadaan)
Setelah itu, tiga hari nggak dapat resi, dihubungi deh si penjualnya. Katanya salah hitung, suruh nambah 200 ribu.
Bahasanya alus, ya. |
Sampai sini, makin masuk akal nggak sih? Nggak kan. Katanya kok barang ditahan di JNE kota. Baru dikirim lagi kalau sudah mengirim bukti transfer 200 ribu tadi.
Bwahahahaha.
INI LELUCON.
Endingnya? Sampai sekarang, ya, nggak ada kabarnya. Wong ketipu. Facebook dan WA temanku sudah diblokir sama penipu itu.
😭😭
Terus, kesamaan dengan kasusku dulu, apa?
Kalau dulu aku itu ya, panas-panas kuterjang. Padahal saat itu aku lagi ngelesi muridku. Buru-buru dia kuminta pulang. Aku pulang pas adzan dzuhur berkumandang. Padahal jelas nggak bawa uang, malah pulang ambil uang di celengan. Ditanya ibuk, jawabku singkat doang. Mau berangkat tiba-tiba hujan deras banget. Habis hujan, masih gerimis pula, kok kuterjang. Aneh bukan? Bwahahaaha. Bukan, bukan itu saja.
Tepatnya, perasaan ingin membahagiakan orang lain tapi malah ZONK.
Dulu, aku tuh ya dengan bahagianya menyambut tawaran kerjasama teman dengan maksud pengen bantu suami. Dari maksud itu apapun ditempuh sampai-sampai nggak mikir panjang.
Mungkin juga saat itu aku memang kena hipnotis.
Rasanya tuh ayo cepat, harus segera, apalagi penipu itu selalu menghubungi dan meyakinkanku.
Sebentar, aku teringat kejadian itu. Aku pengen tertawa dulu.
Hahahaha.
Dari cerita temanku, dia juga merasakan hal yang sama. Pas diberi tahu nomor rekening, bayar sekian, buru-buru pengen transfer biar anaknya senang punya sepeda baru.
Ini tuh apaan, ya? Pengaruh hipnotis? Apes? Atau temannya kebo-plonga-plongo? Hahaha.
Dari kejadianku dan temanku yang ketipu online gini, bisa kutarik benang merah.
- Komunikasi, dengan suami atau orang rumah tentang apapun yang hendak kita lakukan, terutama yang berkaitan dengan belanja online atau transaksi online lainnya. Kalau memang kita kena hipnotis, biar diguyur pakai air dan sadar. Kalau masih nggak bisa diberi tahu, gampar saja. Hihihi. Maksudnya, apakan harga barang dan permintaan pelaku ini tuh masuk akal?
- Lakukan apapun dengan membaca basmalah terlebih dahulu. Iling (ingat) Gusti Allah, ya.
- Jangan grusa-grusu alias tergesa-gesa melakukan hal apapun, teliti ngati-ati.
- Kalau ingin belanja online, pilih saja toko teman yang kita kenal dan bisa COD. Pilihan lain, marketplace yang tepercaya. Banyak kan yang menjamin uang kita nggak bakal kabur apabila kita belum pencet menu MENERIMA PESANAN.
Teknologi yang semakin canggih memang memudahkan kita. Tidak perlu keluar rumah, sepeda sudah diantar oleh kurir. Tapi, kita harus cerdas pula sebagai pembeli. Terpenting, ingat selalu Allah. Kalau khilaf, ya, sesekali saja. Jangan keblabasan!😝
Kamu, hayo, pernah ketipu online? Atau jangan-jangan kamu rahasiakan juga? Kalau ingat malah ketawa sendiri. Oiya, kalau bisa, misal ada teman yang menulis cerita tentang kasus penipuan online tuh dibaca dengan saksama. Biar paham betul langkah-langkahnya harus gimana. Karena ternyata aku pernah mengabaikan cerita di blog teman tentang penipuan yang sama denganku jenisnya, modus kerjasama, hahaha. Berarti aku memang bodoh sekali 😝.
Apes pula.
Waduh, memang kalo sudah terjadi dan gak bisa berbuat apa-apa kita cuma bisa ketawa getir yah mbaaak, sembari mengambil hikmahnya aja.
BalasHapusSekarang kalo belanja online selalu via marketplace aja sih, atau temen yang udah terpercaya. Kalo belanja di marketplace pun, selalu cari tokonya yang official aja, terutama untuk skincare atau makeup. Ngeri palsu soalnya huhuhu
Syukurlah sampai sekarang ini belum pernah ketipu belanja online *jangan sampaiii. Tapi emang belum pernah belanja online via FB atau IG, biasanya ya belanja via shopee, toped dan teman2nya itu.
BalasHapusMakasih sharingnya, jadi pengingat untuk lebih hati2 lagi belanja online.
Kadang sudah ad isyarat agar membatalkannya ya, tp kita ga ngeh.
BalasHapusBelanja online itu memang kalau ga sama teman ya di marketplace yg udah kredibel untuk menghindari hal-hal yg tak diinginkan, apalagi nominalnya lumayan.
Makasih sharingnya, mba. Semoga ini jadi pembelajaran buat kita semua.
aku juga pernah ketipu, tapi lewat instagram. waktu itu tergiur harga susu kok ya murahnya kebangetan, gak wajar. nyoba-nyoba beli, eh bener ketipu. mana ketambahan hampir kehipnotis juga sama penjualnya lewat telpon. duh ilah..
BalasHapusJadi tuh penjual nelpon ku dan pura-pura sebagai pihak beacukai. barang ku ditahan katanya, karena aku beli barang illegal.. nah, biar aku gak ditangkap polisi aku harus transfer sejumlah uang gitu ke dia.. aduhh rempong bener..
duh kesel banget deh aku kalo denger atau baca kisah orang yang ditipu gitu mba, kakak ku pernah solanya dan alot banget prosesnya sampe itu orang mau transfer balik uangnya.
BalasHapusAku jarang belanja online via facebook. aku lebih memilih belanja via shopee atau tokopedia. kalau resellernya nakal bisa dilaporkan.
BalasHapustapi kalau sudah begitu mau gimana lagi.
Pernah mbaaa, dan rasanya nyesek banget sih. Tapi dari situ belajar untuk lebih berhati-hati lagi, karena penipuan tuh selalu berganti ganti modus
BalasHapusAku ga mau sih mba beli-beli di facebook atau instagram kecuali itu temanku sendiri, lebih suka di e-commerce ataupun brand yang punya web sendiri..tapi kejadian penipuan facbook pernah suami alami waktu itu COD tapi uang dibawa kabur bayarin makanan si maling plus Hp yang dijanjikan ga ada..
BalasHapusKalau untuk barang-barang besar, kami cenderung COD.
BalasHapusKaya transaksi beli HP, sepeda.
Sampai pernah bela-belain ke Toko Sepeda di luar kota (Semarang, kami dari Bandung) hanya untuk COD beli sepeda.
Kalo uda kadung happy, biasanya orang jadi rela yaa...dimintain apapun.
Semoga gak terulang lagi yaa, kak.
Aku pernah juga ketipu gitu Mbak. Pas ambil uang ada yang nanya tapi ya gitu jawabnya buru-buru mungkin kalau sempat ngobrol atau diskusi bisalah otak ini mencerna suasana.
BalasHapus