"Mbak, kok ternyata orang sini bicaranya begitu, ya. Kasihan anak-anak, kalau sampai meniru kan bahaya." begitu tutur pengasuh bayiku setelah seminggu awal dia bekerja di rumahku.
***
Sudah kodratnya, bukan, kalau anak akan tumbuh sesuai lingkungannya? Kalau lingkungannya baik, insyaallah akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, kalau lingkungan kurang baik, ya, anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak baik pula.
Hal itu sejalan dengan teori Behavioristik oleh B.F. Skiner bahwa anak akan tumbuh sesuai lingkungannya. Kalau lingkungannya mengajarkan bahasa yang kurang baik, anak akan meniru. Karena anak belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik.
Pernah aku mengalami kejadian yang membuatku syok berkaitan dengan pengaruh lingkungan sekitarku.
“Hooo...Ummi goblok (bodoh).” Ucap Kakak saat tidak sabar menungguku ganti baju sepulang kerja.
Mataku mendelik, dong. Ini anak dapat kata kasar seperti itu dari mana? Refleks aku teriak, “Kakak!”
Anakku yang baru berusia 5 tahun kaget.
“Kakak nggak boleh ngomong pakai kata goblok itu.” Aku lanjut marah-marah.
Karena sudah capek kerja kemudian mendapati anak berkata kasar, ditambah lupa diri malah marah-marah ke anak, endingnya aku jadi menyalahkan diri sendiri.
Seandainya aku ada tidak bekerja.
Seandainya aku bisa menemaninya setiap saat.
Seandainya ..... dan seandai yang lain.
Apakah itu menyelesaikan masalah? Jelas, tidak.
Akhirnya, setelah membacakan dongeng untuk Kakak, aku bertanya, “Kakak, kok tadi ngomong begitu? Ummi sama Abi kan nggak pernah ngomong begitu.”
Kakak pun bercerita dari siapa dia mendengar kata kasar itu. Ya, sudah, aku sebagai orangtua baru bisa menasihati Kakak dan memberitahu kalau itu kurang baik. Selain itu, hanya bisa mbatin, apalah daya karena lingkungan sekitarku bukanlah yang terbaik?
Sebagai orangtua, tentu, aku dan Abi ingin sekali memberikan lingkungan yang terbaik untuk anak-anak kami. Tapi, untuk saat ini ada beberapa hal yang lebih kami prioritaskan sehingga untuk pindah dari lingkungan ini masih menjadi opsi nomor sekian.
Kalau boleh bercerita, lingkungan yang seperti apa to yang kuidamkan?
Paling utama saat ini jelas lingkungan dengan tetangga yang tidak membawa pengaruh negatif kepada anak-anakku. Karena aku bekerja dan mempercayakan anak-anakku kepada pengasuh, kalau lingkungannya tidak bersahabat, wis bar. Amit-amit.
Nah, saat berselancar di sosial media, aku tertarik pada perumahan yang hanya menjual 10 unit hunian di jalan Rancabentang No. 99-83, Kelurahan Cijerah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat. Namanya Kenari Kebonkopi Alamasri. Apa istimewanya dari perumahan ini selain hanya menjual 10 unit hunian saja?
- Terletak di pusat kota
- Desain huniannya ala-ala orang Jepang, minimalis, bersih, dan sirkulasi udaranya juga bagus. Ini pas untuk keluargaku yang tidak suka banyak barang di rumah.
- Tetangganya nggak banyak, jelas ini akan lebih memungkinkan lingkungannya kondusif dibandingkan lingkunganku yang sekarang
- Bocorannya, perumahan ini itu memang didesain private dan eksklusif lho.
- Kalau dilihat-lihat dari fotonya, perumahan ini hijau dan adem banget
- Ada taman bermainnya, jogging track, dan taman di tengah perumahan
- Di setiap rumah dilengkapi dengan ruang belajar dan bekerja yang nyaman
- Ketertiban lingkungan diproteksi one gate system, petugas sekuriti standby selama 24 jam, ada CCTV dan access card system
- Mau ke mana-mana dekat, seperti ke stasiun, bandara, mall, rumah sakit, tempat wisata, sampai jarak sekolah anak ke rumah.
Paling tidak itulah alasan kenapa aku tertarik dengan perumahan Kenari Kebonkopi Alamasri di Bandung ini. Kalau saat ini kamu sedang mencari perumahan, bisa nih cari tahu lebih lanjut tentang perumahan ini.
Memang ada baiknya kalimat jelek tidak diucapkan sejak dini, sehingga saat besar tidak menggunakan kata itu.
BalasHapus