Kita tidak pernah tahu sedetik kemudian apa yang terjadi, setuju? Seperti kejadian malam itu saat telinga anakku kemasukan serangga.
Malam sebelumnya, setiap hendak tidur, aku batuk terus. Apalagi kalau kipas angin dinyalakan. Akan tetapi, setelah minum obat batuk resep dari teman, alhamdulillah batukku lumayan berkurang dan malam itu aku bisa tidur cukup nyenyak tanpa terganggu dengan batuk berdahakku.
Eh, enak-enaknya tidur, mungkin ngiler juga, seperti ada yang menggoyang-goyangkan kakiku. Mataku terbuka perlahan.
"Loh, kenapa?" aku langsung refleks bangun. Ada Kak Ghifa yang nangis sesenggukan.
Dia tidak langsung menjawab. Masih menangis.
"Kenapa, Kak? Apa yang sakit?" Biasanya kalau terbangun di tengah malam seperti itu pasti ada yang dikeluhkannya.
Setelah aku tanya kenapa? kenapa? dan kenapa berkali-kali, akhirnya dia buka mulut.
"Telingaku sakit. Ada yang gerak-gerak."
Aku langsung turun dari tempat tidur. Baby oil, itu benda yang kuingat pertama kali. Ah, sial. Pas habis. Akhirnya aku memutar otak, apa ya, apa ya? Aku ingat ada minyak kelapa. Akhirnya, aku minta Kakak untuk tidur di pangkuanku. Dia seperti takut-takut begitu.
"Tidak apa-apa, Ummi dulu juga pernah kok. Nanti serangganya bisa mati sendiri kemudian esok harinya keluar sendiri dari telinga."
Akhirnya, dia pasrah juga, cukup santai, menyerahkan telinganya kepadaku.
Tidak ada takaran pasti. Saat minyak kelapa kelihatan meluber, ku-stop menuang minyak kelapa ke telinga Kakak. Tak lama, satu menit lah, dia mengaku serangga di dalam telinganya sudah tidak bergerak.
Yes. Alhamdulillah.
Apakah drama telah usai?
Belum.
Setelah Kakak mengaku serangganya sudah tidak bergerak, langsung kuminta dia untuk menyuntak isi telinganya, agar minyak kelapa keluar. Tentu tidak bisa langsung bersih, karena sifat kekentalan dari minyak kelapa. Nah, itulah yang membuatnya tidak nyaman.
Kucoba membersihkan telinga bagian luarnya dengan kapas. Ya, agak mendingan. Kemudian dia berusaha untuk tidur kembali dengan abi di kamar sebelah.
Eh, baru aku tidur mak seeerrrr, kakiku ada yang menggoyang-goyangkan lagi. Duh, untung saja bayiku, Humayra tidur dengan pulas.
"Kakak kenapa lagi? Telinganya masih sakit? Serangganya masih bergerak?"
Dia menggeleng.
"Aku tidak bisa tidur?"
"Lapar?"
Sebungkus roti selai dilahapnya. Aku kembali tidur. Belum juga terlelap, Kakak malah nangis. Dia mengaku tidak bisa tidur. Maaf, aku sampai marah-marah. Ya, Allah, sabar itu memang tidak mudah, apalagi disaat lelah melanda.
Kakak bisa kembali tidur sekitar pukul 03.00 WIB. Pagi hari kubiarkan saja dia bangun sesukanya. Dahinya juga hangat, kemungkinan kepalanya pusing karena kurang tidur.
Setelah bangun, sarapan, mandi, dia kembali tidur lagi dan bangun tengah hari. Alhamdulillah, dahinya sudah normal kembali tapi dia masih malas-malasan dan tak banyak bicara.
"Semalam Kakak takut ya kalau serangganya masuk lagi ke telinga sampai-sampai nggak bisa tidur?" aku inisiatif bertanya demikian karena saat tidur dia berusaha menutup kedua telinganya dengan tangan.
Dia hanya mengangguk. Oalah. Aku jadi merasa bersalah karena sudah uring-uringan semalam. Dia memang anak laki-laki, tapi dia masih 6,5 tahun, yang tak bisa sekuat, se-berani, dan se-tangguh orang dewasa.
Maafkan, Ummi, ya, Kak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar