“Bi, kepalaku kok pusing, ya. Aku mau makan dulu, tapi kok nggak keburu. Nanti malah telat.” Ucapku pada Abi yang sedang menyiapkan tas ASI-ku. Perutku rasanya melilit, kelaparan.
Aku tak jadi makan dan memilih bergegas berangkat karena jam dinding menunjukkan pukul 05.30 WIB. Setelah mencium kening abi, Kakak, dan bayiku yang baru berusia dua bulan, Mayra, kunyalakan motorku.
Motor kulajukan dengan kecepatan 40km/jam. Paling tidak pukul 06.00 aku akan sampai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Demak, tempatku LATSAR CPNS.
Seperti biasa, jalanan masih sepi. Kulewati area persawahan. Sepanjang perjalanan banyak hal yang kupikirkan. Saat itu pikiranku memang semrawut banget. Sampai-sampai kalimat dzikir lupa kulantunkan.
Awalnya, semua baik-baik saja. Sampai di suatu tempat yang sering disebut orang sebagai tikungan maut.
Kok gelap?
Loh, kok lubang, duh, tikus mati.
‘Aku jatuh ini, aku pasti jatuh ini. Ya Allah, Ya Allah...oke nggak tak rem. Saktiboku wae, Ya Allah, piye iki, piye, ojo parah-parah Gusti, sakne anakku, sakne anakku. LATSAR ku piye, nek aku mati saiki anakku piye.’
(Aku jatuh ini, aku pasti jatuh ini. Ya Allah, Ya Allah...oke nggak aku rem. Se-jatuhnya saja, Ya Allah, bagaimana ini, bagaimana, jangan parah-parah Gusti, kasihan anakku, kasihan anakku. LATSAR ku bagaimana, kalau aku meninggal anakku bagaimana)
Braaaaaakkk!
Motorku entah ke mana. Aku merasa seperti salto berkali-kali. Mataku merem. Saat posisi tubuhku terlentang dengan beralaskan tas beratku, mataku mulai bisa terbuka. Pemandangan langit biru di atas sana. Aku masih hidup, kah?
Di belakangku ada suara perempuan berteriak, “Ya Allah, Bu....., pripun (Bagaimana), Bu? Sing sakit pundi (mana yang sakit), Bu?” suaranya makin jelas mendekatiku. Tapi, aku sudah bisa duduk sendiri. Kepalaku makin pusing.
“Sebentar, Buk.” Kataku kepada perempuan yang kuketahui ternyata penjual sayur keliling yang hendak ke pasar.
“Minum...”, kataku. Oh iya, aku baru ingat kalau di tasku ada minuman. Alhamdulillah, kok ya untung saja, Ya Allah, di tasku selalu ada botol minuman. Karena lokasiku jatuh jauh dari perkampungan.
Segera kuteguk setengah botol air mineral. Mataku mulai bisa terbuka lebar. Batinku, alhamdulillah, tidak terlalu parah, aku bisa lanjut ke BKPP. Entahlah, saat itu yang kupikirkan adalah aku tidak boleh izin, aku harus berangkat, karena sekali izin nilaiku akan berkurang.
Teman seperjuangan LATSAR CPNS Kabupaten Demak Tahun 2021 |
Motorku diurus oleh malaikat tak bersayap yang lewat, alhamdulillah hanya lecet saja dan tetap bisa digunakan. Aku sangat takut motorku kenapa-kenapa, karena saat itu aku hanya membawa selembar uang berwarna merah.
Aku Ingin Menyerah Saja
“Orang rumah tidak ada yang bisa dikabari, Bu guru? Biar dijemput.” tanya perempuan penolong tadi.
Siapa yang bisa kuhubungi? Suami juga mengurusi bayiku yang tadi melek. Tak mungkin kan bisa jemput aku.
Detik itu juga aku ingin menangis.
Allah, kalau saja ibuk masih ada, aku tidak akan mengalami ini semua.
Kalau masih ada ibuk, sesekali suami bisa mengantar jemput aku.
Rasanya aku ingin merajuk, tapi percuma.
Ah, sudahlah, buang jauh-jauh air mata duka itu. Aku harus bisa pulang sendiri! Kalau saja rokku tidak robek, aku langsung tancap gas lanjut ke BKPP.
Sebelum menyalakan motorku lagi, kuhubungi ketua kelompokku kalau aku kecelakaan dan minta tolong disampaikan ke panitia akan terlambat hadir karena mengganti rok yang robek.
Eh, pas tangan kiriku mau megang setang motor. Sakit. Pelan-pelan kugenggam setang motor sebelah kiri, kemudian menyalakan mesinnya. Sepertinya memang ada yang salah dengan tangan kiriku.
Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya melajukan motorku dengan kecepatan 20 km/jam. Tak berani lebih dari itu. Karena saat melewati jalan yang tidak rata, tangan kiri terasa sakit.
Bagaimana LATSAR-ku ini nanti? Ya Allah, terkilir saja, ya. Jangan lebih dari itu. Uang siapa yang mau dipakai berobat. Kalau sampai parah, aku tidak bisa melanjutkan LATSAR, kemudian dinyatakan tidak lulus LATSAR. Artinya, aku harus ikut angkatan tahun depan lagi. Rasanya hatiku campur aduk saat itu. Mau menangis, tapi rasanya benar-benar percuma. Untuk apa?
Sampai di depan rumah, pintu masih tertutup. Suamiku pasti sedang menidurkan bayiku.
“Kenapa, Mi?”
“Jatuh.”
“Astagfirullah.”
Suamiku heboh bin panik.
“Tak apa-apa. Tangan kiri dan kakiku sepertinya terkilir.”
“Lha terus, ini bisa izin?”
“Iya, nanti ngabari Pak Yudha (panitia).”
Pukul 07.00, Mbak Firoh, yang momong Mayra datang. Kemudian, suamiku mengantarkanku ke tukang urut. Belum juga selesai diurut, kubaca di WA kelompok LATSAR-ku, bisa nggak bisa laporan rancangan aktualisasi harus diselesaikan sore itu juga. MATI.
Aku lagi-lagi bertanya, Ya Allah, apa aku sanggup? Rasanya badanku sakit semua, Gusti. Tapi, tugas ngawe-ngawe (melambai-lambai). Apa aku bisa, Gusti? Capek, Gusti.
Andai bisa, aku ingin menyerah saja.
Apa yang Kamu Cari?
Keadaan dan pikiranku saat itu rumit. Di satu sisi, saat itu aku masih dalam masa cuti melahirkan. Semula pikiran masih selow banget. Tak ada pikiran kerjaan sedikitpun. Hanya fokus melahirkan kemudian momong bayiku, eh, tiba-tiba harus mengikuti LATSAR CPNS yang jadwalnya padat merayap. Kompetisi antar peserta sangat jelas. Kebetulan teman seperjuanganku banyak yang masih single dan on fire, sedangkan aku beranak dua, yang satu masih bayi pula. Deadline yang padat, wis pokoke hari-hariku rasanya seperti kuda yang dipecuti.
Bayiku yang masih merah ikutan jadi model tugas LATSAR |
Di sisi lain, anakku yang sulung sering rewel karena setiap hari kutinggal. Ada saja ulahnya. Kemudian perkara finansial keluargaku yang morat-marit karena suami tidak bekerja. Beliau membantu antar jemput anak sulungku yang harus sekolah TK.
Terima kasih Abi sudah mau mengambil alih mengasuh Kakak |
Ya, sudah. Paket komplit. Saat itu aku merasa sangat menderita sampai-sampai ASI-ku seret. Aku makin stres. Kenapa? Kenapa harus saat ini? Dan kenapa harus begini sialnya jalan hidupku? Begitu pikirku saat itu.
Pumping hanya dapat segini, seret banget saat itu |
Sampai akhirnya, aku ditampar dengan pertanyaan dari guruku saat cerita tentang keadaanku,
“Semua sudah kamu miliki. Anak yang lengkap, suami yang perhatian, punya gaji tetap. Apa lagi yang kamu cari?”
Makdeg!
Iya, aku memang ingin yang paling menonjol di kelompokku. Aku merasa otakku sampai tapi tenagaku tak mumpuni. Di saat teman-temanku punya banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas LATSAR di BKPP, aku harus disibukkan dengan pumping setiap pukul 09.00, 12.00, dan 15.00. Padahal setiap pumping bisa menyita waktuku selama satu jam. Kalau sehari tiga kali, maka tiga jam waktuku habis untuk pumping.
Ditambah lagi nanti kalau di rumah, yang lain bisa lembur tugasnya, sedangkan aku? Lembur juga, tapi lembur bayi rewel yang minta nenen setiap dua jam sekali. Kesibukan dan tanggungjawabku berbeda dengan teman-temanku, tapi aku harus sama dengan mereka, bahkan aku ingin lebih dari mereka. Ya, sudah, akhirnya jatuh berguling-guling di aspal adalah cara Allah menyentilku karena tak tahu diri.
“Hei, Ka. Apa yang kamu cari? Kamu kok nggak tahu bersyukur banget sih! Apalah arti nilai LATSAR CPNS kamu dibandingkan nyawa bayi mungil yang bergantung kepadamu? Di mana rasa pedulimu sebagai ibu? Kamu tidak boleh egois!”
Aku menangis sejadi-jadinya. Memohon ampun kepada Allah SWT dan mengubah niatku untuk mengikuti LATSAR CPNS. Bismillah, kulakukan sesuai tanggungjawabku, semaksimal yang aku bisa tanpa menomorduakan keluarga, terutama bayiku.
Alhamdulillah, setelah izin satu hari, aku kembali berkumpul dengan teman-teman LATSAR CPNS ku dengan hati yang ringan meski kaki sedikit pincang. Aku tetap disiplin pumping. Beberapa kali aku izin sambil pumping saat zoom berlangsung. Alhamdulillah narasumber dan teman-temanku sangat respect. Pumping kali ini tidak lagi dengan perasaan jengkel karena melewatkan waktu mengerjakan tugas. Melainkan sebagai bentuk cinta kasih dan kepedulian terhadap bayi mungilku, Humayra.
Hasil pumping setelah merubah niat mengikuti LATSAR CPNS |
Bukankah peduli itu tidak hanya menggugurkan kewajiban? Bukankah peduli itu adalah hal yang bisa kita lakukan lebih dari biasanya secara tulus?
Seorang Ibu Harus Peduli
Mbak, kata dokter plasentaku mengalami pengapuran.
Mbak, kata dokter janinku BB nya masih kurang.
Mbak, bayiku lahir hanya 2,4 kg.
Mbak, anuku diobras katanya aku kaku.
Mbak, bayiku kuning, kata dokter kebanyakan minum sufor dibanding ASIku.
Begitu cerita temanku, panggil saja namanya Shabrina.
Bersama kesayanganku, Humayra |
Sebelum menulis kisah yang dialami Shabrina, aku sudah meminta izin terlebih dahulu kepadanya dan dengan senang hati dia mengizinkan, pun agar tidak ada lagi Shabrina lagi di luar sana.
Shabrina adalah teman LATSAR CPNSku. Karena dia juga sudah tidak memiliki ibu, bisa dibilang kalau ada apa-apa tentang kehamilannya, aku jadi salah satu tempat bertanya sekaligus berkeluh kesah.
Penyesalan, aku yakin ada rasa itu dalam diri Shabrina saat ini, setelah hampir seminggu melahirkan bayinya. Dari awal saat dia tahu hamil, aku sudah sering ngomong tentang hal-hal penting yang harus dia persiapkan untuk bayinya, terutama sejak di dalam kandungan. Tapi, keluhan di atas?
Ternyata dia meng-iyakan kalau selama hamil, dia:
- Masih sering makan junk-food
- Jadwal makan nggak teratur
- Jarang makan sayur
- Makan makanan yang terlalu pedas
- Malas gerak tapi asyik tiktok-an
- Nggak pernah senam hamil
- Jarang mengajak ngobrol bayinya
- Sering sekali insomnia dan hobi nonton film
Sebenarnya, kalau kuperhatikan, di lingkunganku sendiri pun banyak Shabrina-Shabrina lain. Endingnya sama, bayinya yang malang, lahir dengan BB yang kurang, ASI ibunya nggak keluar-keluar, akhirnya kuning, dan pertanyaan kasar itu datang,
“Di mana rasa pedulimu kepada bayi mungil ini?”
Jangan bilang kurang pengalaman, ya. Sekarang cari informasi di internet banyak sekali. Tinggal kita mau literasi dan mengaplikasikannya apa tidak?
Jujur, aku belajar dari pengalaman ibuku. Beliau pernah bercerita kalau aku doyan sekali makan sayur dari kecil karena ibu sangat memperhatikan asupan sayuran sejak hamil aku. Saat aku hamil anak pertama pun ibu selalu menyiapkan menu seimbang dengan porsi sayur dua kali lipat dari karbohidrat. Harus mau. Begitu prinsip ibuku.
Dari cerita itulah, meski di kehamilan anak yang kedua aku melewatinya hanya bersama suami, masalah nutrisi aku selalu usahakan sangat tercukupi. Bidan desa yang membantuku melahirkan anak pertama dan kedua pun selalu berkomentar,
"Kalau nutrisinya cukup, anaknya gini nih, lahir bersih. Nggak heran saya." Begitu pengakuan bu bidan.
Aku tidak ada tips khusus saat hamil. Aku hanya manut saja kata bu bidan dan dokter yang menanganiku. Selain itu juga banyak membaca, baik di buku dan di internet. Alhamdulillah, hamil anak dua diberikan kemudahan, kesehatan, dan kelancaran.
Namun, kebiasaan-kebiasaan berikut bisa jadi catatan juga untuk kamu yang saat ini sedang hamil atau menyusui sebagai ikhtiar yang terbaik untuk si bayi mungil. Terpenting, kita harus paham betul bahwa tumbuh kembang si kecil berawal dari Bunda yang sehat.
1. Istirahat yang cukup
Saat hamil, tidur siang bagiku wajib, walaupun hanya 15 menit. Kemudian kalau malam aku tidak pernah begadang. Jadi, aku selalu berusaha pekerjaan sekolah tidak kubawa pulang. Semua diselesaikan di sekolah. Pukul 21.00 semua lampu sudah mati dan bersiap untuk tidur. Eh, ternyata, kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Kedua anakku, kalau sudah pukul 20.00 semua sudah siap untuk tidur. Alhamdulillah.
2. Tetap bergerak
Hamil, perut makin membuncit, berat badan bertambah drastis, mau miring ke kanan engap, sama halnya kalau miring kanan. Semua serba salah. Tapi, aku selalu berusaha tidak banyak rebahan. Pas ngajar pun aku tetap aktif bergerak. Kalau olahraga, aku memang jarang sekali. Ya, karena pukul 07.00 sudah harus standby di sekolah. Kalau di rumah, ya, aktivitas seperti layaknya ibu rumah tangga. Hanya saja, kalau angkat-angkat barang yang berat, tidak.
Saat hamil 5 bulan aku masih aktif menjadi juri mendongeng |
Nah, pas memasuki usia tujuh bulan kemudian masa cuti melahirkanku tiba, hampir setiap hari aku melakukan yoga. Itu tuh ngikutin di youtube. Banyak banget kok tutorialnya. Kalau pas pagi hari bisa jalan kaki, bertahap, mulai dari 10 menit, nanti lama-kelamaan makin bertambah durasinya sampai 30 menit. Pokoknya, yuk, tetap aktif bergerak! Kalau waktunya istirahat, silakan rebahan.
3. Rutin periksa kehamilan
Poin ketiga ini sangat penting banget. Bidan yang menanganiku ini kalau tidak tahu trik-nya, susah sekali ditemui. Beliau itu sibuk sekali karena baru menempuh pendidikan lagi. Jadi, kalau mau periksa, ya, harus tanya dulu di rumah apa tidak?
Itu kalau sudah ke bidan, apa perlu ke dokter kandungan? Ada yang tanya seperti itu, bukan? Kalau menurutku, yang kehamilannya normal-normal saja tidak ada keluhan yang memprihatinkan, perlu banget ke dokter kandungan.
Kenapa? Ya, biar tahu perkembangan bayinya. Minimal 3 kali, pas usia 4 bulan, 7 bulan, dan mendekati HPL. Kalau ada rezeki berlebih, mau setiap bulan, ya, boleh banget dong.
Tips nih ya, kalau pas ke bidan atau dokter kandungan, yuk, aktif bertanya tentang perkembangan janin kita. Kalau bingung mau tanya apa, coba baca dulu di buku atau internet, kira-kira kalau usia sekian bulan apakah perkembangan janin kamu sudah sesuai?
4. Perhatikan betul asupan nutrisi saat hamil dan menyusui
Nah, poin yang terakhir ini sangatlah penting. Kalau aku secara mudah selalu begini,
Minum air putih yang lebih dari sebelum hamil
Makan buah dan sayur porsinya dua kali lipat dari karbohidrat
Makan ikan, jenis apa saja boleh dimakan, asal tidak berlebihan
Makan kurma, makin jos.
Makan nanas boleh? Boleh. Tidak boleh kalau nanas sekeranjang kamu makan sendiri. Kalau hanya makan sepotong, dua potong kan ya boleh.
Kalau sudah makan dan minum sesuai di atas, apakah perlu minum vitamin dari dokter? Apakah perlu minum susu ibu hamil? Semua tergantung kondisi kamu. Kalau aku, iya.
Kenapa? Karena ada lima nutrisi paling penting yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Apa saja itu, diantaranya:
1. Folat dan asam folat
American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan ibu untuk mengkonsumsi 600-800 mikrogram folat selama kehamilan. Ibu bisa mendapatkan asupan folat dari makanan, seperti hati, kacang-kacangan, telur, sayuran berdaun hijau tua, serta kacang polong. Suplemen asam folat terbukti menurunkan angka kelahiran prematur.
2. Kalsium
Kalsium dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Dari mana bisa mendapat kalsium? Bisa dari susu, yoghurt, keju, ikan dan seafood yang rendah merkuri, seperti salmon, udang, dan ikan lele.
3. Vitamin D
Selain kalsium, ibu hamil juga membutuhkan vitamin D untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Vitamin D dapat diperoleh dari ikan salmon, susu, dan juga jus jeruk.
4. Protein
Protein bermanfaat untuk menyuplai darah ke janin kita. Oleh karena itu, adanya protein yang cukup baik untuk terbentuknya jaringan dan organ bayi, termasuk otak. Selain itu, yang kubaca dari berbagai sumber, ASI yang melimpah salah satu pencetusnya, ya, protein ini lho. Kita bisa mendapatkan protein dari daging sapi tanpa lemak, ayam, ikan salmon, kacang-kacangan, selai kacang, kacang polong, dan keju cottage.
5. Zat Besi
Nutrisi yang tak kalah penting adalah zat besi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil adalah dua kali lipat dari ibu yang tidak hamil. Karena zat besi bertugas membawa oksigen ke jaringan dan sampai ke janin kita. Zatt besi kita dapatkan dari sereal, kacang-kacangan, dan sayuran.
Nah, itulah nutrisi yang penting bagi ibu hamil. Kenapa aku masih mengkonsumsi vitamin juga padahal kalau dilihat daru pola makanku sudah bisa mencukupi? Karena aku tidak tahu, iya, kalau cara memasakku sudah benar. Kalau misalkan mengolahku keliru, kan kekurangan nutrisi itu bisa tertutupi dari vitamin yang kuminum.
Aku ada rekomendasi vitamin yang cocok sekali dikonsumsi oleh ibu hamil. Yaitu, Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold. Kenapa kok Blackmores? Bukannya produk ini mahal harganya?
Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold dan Program Blackmores Peduli Nutrisi Bunda
Makin tenang mengkonsumsi Blackmores, karena halal dan terdaftar di BPOM |
Kapsulnya besar tapi manis lho |
Tutupnya aman, ya. Botol terbuat dari kaca untuk menjaga kualitas vitamin. |
Kalau lihat kulkas penuh dengan ASIP gini rasanya damai sekali |
Selvi Ananda Gibran, Ketua TP PKK Kota Surakarta bersama ibu hamil dan menyusui saat menerima produk Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold |
Kereeeeennn komplitttt sekallliiii mbaaa ulasannyaaa... wah ak kok ya dulu ndak peduli vitamin2 tambahan gitu yaaks. Alhamdulillaaah ASI smapai anak kedua lancaarrr lulus S3 smuaa. Wkwkwk. Btw, s3lamat ya mbaaaak... ngiler SK nya akuuuuh.. semoga bs nyusul jd pns kyk mba ika.. aamiiin
BalasHapusDuuuh mbaaa, ikut sedih pas kecelakaan itu. Tapi syukurlah ga parah. Dan ikutan senang, mba lulus dengan sangat memuaskan 😍😍.
BalasHapusNaah pas aku hamil dulu, yg namanya vitamin asam folat aku selalu konsumsi, Krn tau itu BGS banget buat bayi. Dan juga sayuran. Tapi memang dari dulu aku selalu seneng sayur. JD ga ada masalah pas hrs makan itu trus2an.malah pas hamil seringnya aku malah mual ngeliat daging 🤣🤣.
Aduh ini lengkap banget ceritanya jadi bisa diambil buat pelajaran memang saat hamil itu harus ekstra hati-hati dan dipedulikan karena kesehatan mental serta fisik ga stabil. Terlebih saat hamil yang dibutuhkan itu nutrisi jadi harus dijaga makan dan pola kegiatan setiap harinya. Terima kasih sharingnya!
BalasHapusMasyaallah perjuanganmu, Mbak. Terima kasih ya sudah peduli pada bayimu dan bayi2 di sekitarmu. Semoga Blackmores bisa membantu lebih banyak lagi ibu.
BalasHapusMasyaAllah dek, aku jadi ikut terharu bacanya. perjuanganmu buat jadi guru sungguh jempolan. Aku belajar banyak darimu, terutama perjuanganmu untuk jadi PNS.
BalasHapusMasya Allah, terharu banget baca perjuangannya, Mbak. Semoga selalu dimudahkan dalam pekerjaan dan mengasuh anak-anak, ya.
BalasHapusAstaga. Aku ikutan tegang pas cerita kecelakaannya. Alhamdulillah ya, mbak. Baik-baik saja. Tangan kiri terkilir semoga bisa segera pulih.
BalasHapusKereen banget mbak. Perjuangan LATSAR CPNS nya dengan hasil sangat memuaskan. Juga perjuangannya untuk menyusui dan merawat bayinya. Terima kasih juga infonya tentang Blackmore, bisa jadi referensi saat saya punya cucu nanti.
BalasHapusPerjuangan banget yah mbak, dari awal aku udah ngos ngosan bacanya, seperti repot banget eh ternyata kerja keras membuahkan hasil. Alhamdulillah.
BalasHapusBu Guru, tulisanmu selalu menginspirasi! Terimakasih sdh berbagi pengalaman ini ya..insya Allah bermanfaat bagi pembaca setia blog ini.. Semangat terus ya, Ika..
BalasHapusBlackmores emang andalan para busui ya mbak. Jamanku dulu belum tau prdsuk ni hehehe tapi balik lavi kalo aku busui itu harus bahagia klo bahagia pasti prosuksi ASI melimpah. Semangat ya mbak
BalasHapusTerharu baca postingan ini. Selalu terharu melihat ibu-ibu yang memompa ASI untuk anak tercinta. Selamat ya, Mbak Ika. Akhirnya bisa meraih harapan yang Mbak Ika inginkan 😍😍😍
BalasHapusAda sebuah kutipan aku lupa baca dimana, tentang menyusui katanya menyusui itu adalah tugas seorang ibu yang diawal terasa beraaatt apalagi yang bekerja di luar dan kudu pumping yaa, tapi setelah dilakukan dan dua tahun berlalu menyusui juga jadi hal yang sulit kita lepaskan...
BalasHapusSenang ya Ika bisa lulus dengan memuaskan, perjuanganmu masya Allah sampai salto gitu. Mungkin saat itu menjadi ujian untuk kesabaran dan ikhlas menjalani kegiatan sehari-hari sebagai ibu dan istri, serta menjadi peserta Latsar. Beruntung juga dirimu udah mengenal Blackmore, multivitamin unruk ibu hamil dan melahirkan. ASI jadi lancar akhirnya karena pikiran tenang dan hati ikhlas menerima takdir
BalasHapusMasyaallah mbak,terharu baca kisahnya.memang klo pasrah sama ketetapan Allah,insyaallah diberi yg terbaik juga menurutnya,bukan menurut kita ya mbak. Suplemen hamil&menyusui samaan jg. Memang blackmores bagus sih,dokter obsgyn aja menyarankan Blackmores kok.
BalasHapusAlhamdulillah ya mba, udah lewat masa2 itu dan bisa lulus. Yg terpenting niat dulu diperbaiki ya mba, Insyaallah pertolongan akan dtg dr Allah. Perjuangan jd ibu memang nggak mudah. Aku jg masih berjuang nih buat meng-ASI-hi. Semangat!!
BalasHapusMasyaAllah perjuangan seorang ibu ya bu guru. Aku baru hamil pertama jalan 8 bulan degdegan masih butuh banyak tips dan bimbingan mu. Doakan bisa lahir normal dan lancar diriku ya bu
BalasHapusSenangnya baca hasil latsar yang menyatakan dirimu lulus. Melalui perjalanan panjang yang berliku, semoga segala kemudahan diberikan kepadamu ya.
BalasHapusHuwaaa luar biasa banget perjuangan LATSARnya mbak. Alhmdulillah dimudahkan semuanya meskipun banyak drama ya. Pas banget aku lg hamil nih, baca2 sampai bawah berasa dpt ilmu yg luar biasa. Aku jg minum blackmores dan vitamin2 lainnya. Doakan semoga dedenya lahir sehat sempurna dan aku bisa memberikan ASI yg cukup kaya mbak, ya. Aamiin
BalasHapusWah jatuh bangun sekali ya perjuanggannya, semoga senantiasa diberkahi sama Allah.
BalasHapusAku minum Blackmores sejak hamil alhamdulillah lancar menyusui hingga anakku 2th mba heheu
BalasHapusMasyaa Allah, sharingnya lengkap sekali mbakk.. Semoga saya juga siap untuk menjadi ibu dr anak keduaku kelak.. Bismillah yaa..
BalasHapusAlhamdulillah akhirnya hasil latsarnya sangat memuaskan. Terbantu dengan Balckmores ya. Memang kadang Tuhan itu udah memberi segalanya tapi kadang Kita merasa belum mendapatkan yang diinginkan. Makanya harus selalu bersyukur ya Mba.
BalasHapusMasyaAllah, perjuangan ya Mbak.. Salut atas kegigihannya.
BalasHapusmengASIhi itu memang harus keras kepala dan yakin bahwa kita bisa. Apalagi ditemani dengan Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold yang bisa penuhi nutrisi selama kehamilan dan menyusui, saya juga dulu konsumsi ini pas menyusui anak ketiga, Alhamdulillah ASI lancar dan kita juga jadi tenang :)
Blackmore always does more. Selalu terdepan untuk ibu dan bayi
BalasHapusWah aku bacanya sampai terkesima. Ya ampun, untung yg nyolong baik ya mbak. Btw zaman sekarang untung ada blackmores yang membantu ibu2 sedang breastfeedingnya jadi lancar
BalasHapus